Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menepati Janji Bila Berjanji

24 Agustus 2017   22:04 Diperbarui: 24 Agustus 2017   22:19 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Judul Menepati Janji Bila Berjanji pada dasarnya adalah penggalan dari surat Al Baqarah Ayat 177, tidak lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa. Mengapa demikian? Untuk memahami makna yang terkandung didalam judul dimaksud, izinkan aku menceritakan kisah nyata seorang kakek. Si kakek berusia sekitar 69 tahun, lahir di Metro Lampung, dan pernah menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan tahun 1969. Dikala aktifnya beliau mengawali tugas dinasnya di Balai Industri Semarang Jawa Tengah, lalu pindah ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi Lampung.

Berikut kisah nyata si kakek. Kecuali bekerja di Sekolah Pengatur Analis 1945 Semarang, si kakek juga sebagai Penanggung Jawab sebuah apotek di kota Kudus Jawa Tengah. Pada akhir tahun 1978, kontrakan kamar si kakek di Semarang tepatnya di jalan Seteran Selatan no. 31 telah habis. Karena kamarnya akan ditempati anak si empunya rumah, sudah barang tentu si kakek dan keluarganya harus meninggalkan kamar kontrakan tersebut. Si kakek akan mencoba pindah kontrak rumah di kota Kudus, mendekati apotek. Namun karena waktunya amat singkat, untuk sementara waktu keluarga si kakek transit di rumah orang tua istri si kakek yang berdomisili di Demak selama 3 bulan, sebelum mendapat kontrakan rumah di Kudus.  

Selama tinggal di Demak, tepatnya di Dusun Sampit Desa Sidomulyo, Kecamatan Pilangsari, yang jaraknya dari jalan raya sekitar 2 km, si kakek berangkat dan pulang kerja berjalan kaki; Baik pagi sesudah subuh, sore maupun tengah malam, dari jalan raya ke rumah atau sebaliknya. Bila hujan turun kecuali jalan menjadi becek ( jalan tanah ), juga sebagian jalan ada yang tergenang sampai setinggi lutut atau bahkan lebih. Adalah hal yang sudah biasa bagi si kakek, sehabis subuh bersiap akan berangkat kerja ke Semarang. 

Dan kalau malam turun hujan, si kakek hanya memakai kaos singlet dan celana pendek. Pakaian kerja dilipat dan dimasukkan kedalam tas, sepatu ditenteng, kemudian berjalan kaki sampai ke jalan raya. Sampai di jalan raya, mencuci kaki di pinggir sungai yang posisinya sejajar dengan jalan raya. Kemudian singgah di rumah orang tua, lalu memakai pakaian kerja dan sepatu, selanjutnya naik kendaraan umum ke kota Demak. Dari Demak naik bus menuju  Semarang, terakhir naik bemo lalu berjalan kaki menuju kantor. Saat itu kantor masuk pukul 7.00 wib. pulang pukul 13.30 wib, namun demikian si kakek tidak pernah terlambat tiba di kantor.

Seminggu sekali si kakek dari kantor tidak langsung pulang ke rumah, tetapi langsung ke apotek di Kudus dulu, baru kemudian dari Kudus pulang ke rumah di Demak. Dari apotek sekitar pukul 9 malam dan sampai di rumah sekitar pukul 11 malam, bahkan kadang - kadang lebih. Dengan kenyataan tersebut, tidak jarang si kakek berangkat kerja anak - anak belum bangun, dan saat pulang kerja anak -- anak sudah tidur. Suatu saat anak sulungnya ESBH inisial namanya berkata : pa, menawi papa kagungan arto ( pa, bila papa punya uang), tolong mas nanti dibelikan apel ya? Secara spontan si kakek menjawab, insya-Allah papa akan membelikan mas B (panggilannya)  apel sepulang dari apotek. Sebagaimana biasanya, si kakek sampai rumah tengah malam. Dengan pertimbangan sampai di rumah sudah tengah malam, si kakek langsung saja pulang tanpa membeli apel. Karena beranggapan kalau anaknya sudah tidur, jadi besuk sore saja sepulang dari kantor, pikir si kakek.

Ditengah kegelapan malam, si kakek berjalan kaki dari jalan raya tanpa senter atau baterai penerang, akhirnya sampai di rumah. Sesampai dirumah Alangkah terkejutnya si kakek, demi melihat anak sulungnya belum tidur. Ternyata si anak belum tidur, memang sengaja menunggu papanya pulang membawa apel. Dengan trenyuh, si kakek merangkul sang anak sambil berkata maafkan papa ya mas, malam ini papa tidak dapat membawa pulang apel, karena yang jualan sudah tidak ada. 

Insya-Allah besuk sore sepulang kantor, akan papa bawakan apel. Sekarang, karena hari sudah malam mari kita tidur dulu. Kejadian tersebut benar -- benar membekas disanubari si kakek dan membuatnya merasa bersalah, lalu bersumpah kepada diri sendiri tidak akan mudah membuat janji walau kepada siapapun. Tetapi walau tidak berjanji sekalipun, si kakek akan selalu berusaha semampunya untuk memenuhi permintaan siapapun. Konsekuensi dari sumpah tersebut, si kakek menghindarkan diri dari hal -- hal yang bersifat janji, baik diluar maupun didalam melaksanakan tugas kedinasannya. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, perihal menepati janji bila berjanji juga ditanamkan dalam diri anak -- anak si kakek. Si kakek mewanti - wanti anak -- anaknya, agar  tidak mudah membuat janji kepada orang lain, karena hakekatnya janji adalah hutang.

Suatu sore si kakek berpakaian layaknya orang mau bepergian, karena memang mau pergi bersama teman sekerja, pak S inisial namanya. Saat si kakek duduk menunggu kedatangan teman, seperti biasanya istri dan anak -- anak spontan bertanya layaknya orang kuuur, mau pergi kemana pa kok sudah rapih? Bila di rumah berpakaian lengkap seperti ini, kuuur seperti itu pasti terdengar, pasalnya kalau di rumah kebiasaan si kakek hanya memakai singlet dan celana pendek. 

Mau pergi dengan pakdhe S, jawab si kakek. Karena memang sudah sering terjadi, kuuur terdengar lagi  aaalllaah paling bohong tidak datang lagi, kata anak -- anak. Tunggu punya tunggu, sampai sorenya habis, demikian pula malamnya habis, pak S tidak datang juga. Esok harinya si kakek bertemu di kantor, beliau minta maaf kemarin sore tidak jadi datang karena ada keperluan lain. Iya tidak apa -- apa, kata si kakek. Tetapi sekarang anak -- anak sudah terlanjur memberi stempel, kalau pakdhe S pembohong dan tidak dapat menepati janji bila berjanji, kata mereka.

Selang beberapa lama, terjadi hal serupa. Si kakek sudah berpakaian rapih, menunggu pak S menghampiri untuk menghadiri suatu acara. Karena beliau yang punya kendaraan roda 4. Kuuur anak -- anak terdengar lagi, aallaaah......... paling -- paling pakdhe bohong, tidak datang lagi pa. Tunggu punya tunggu, sorenya habis dan berganti malam, teman tidak datang juga. Akhirnya si kakek ganti pakaian, dan karena memang sudah larut malam pintu rumah ditutup, lampu dimatikan, lalu berangkat tidur. Baru saja merebahkan badan di tempat tidur, terdengar orang mengetuk pintu rumah. Si kakek bangun, menyalakan lampu lalu membuka pintu dan terlihat pak S yang mengetuk pintu. 

Ada apa pak, tengah malam kesini? Sambut si kakek. Maaf pak walau tengah malam saya datang, yang penting saya memenuhi janji saya. Dari pada saya dikatakan pembohong oleh anak -- anakmu, kalau saya tidak datang kesini, jawab beliau. Setelah berkata demikian beliau pamit pulang, karena memang sudah lewat tengah malam. Keesokan harinya kedatangan pak S, oleh si kakek disampaikan kepada anak -- anak. Kejadian -- kejadian seperti ini, mudah -- mudahan dapat menjadi pembelajaran bagi anak -- cucu; Agar menepati janjinya, bila berjanji. Insya-Allah, amien. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun