Mohon tunggu...
Febrian Effendi
Febrian Effendi Mohon Tunggu... -

Yuk #SinergiBersih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

#AhBisaAja

24 Juli 2014   14:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bisa jadi tulisan ketiga saya tanggal 24 juli 2014, sebelumnya cerita ini melengkapi cerita pertama, #KokBisa di sinergibersih.com kemudian saya coba sedikit meneruskan di kolom trainerlaris.com dengan judul #KenapaYa...? dan dihalaman kompasiana ini saya ingin lanjutkan dengan tema #AhBisaAja.

Kalau boleh sebelum membaca tulisan sederhana ini, mampir sejenak ke sinergibersih.com, lanjut ke trainerlaris.com dan kita lanjutkan di kompasiana, mudah-mudahan ada yang bermanfaat yang bisa saya ambil, mudah-mudahan teman-teman yang mampir bisa juga menikmatinya.

Apa yang kita rasakan, ketika ada kalimat ah bisa aja...? apakah ini sebuah kalimat pujian, kalimat mengingatkan atau kalimat pertanyaan...? bisa saja itu semua, kita ambil contoh.

“ Wah kamu hebat, bisa menyelesaikan tahapan demi tahapan, sehingga kamu bisa juaranya, #KokBisa ? ...

ah bisa aja, gak lah asal kita sungguh-sungguh dan tekun pasti bisalah, kalau aku bisa kemungkinan kamu bisa... saya yakin itu..

Pernah mengalami itu, atau mungkin kita pernah menanyakan itu, atau bahkan kita yang mendapatkan pertanyaan itu, apa yang kira-kira kita rasakan ketika kita mendapatkan kata-kata itu...?

Kalau saya melanjutkan bahasan tulisan sebelumnya itu hal yang mendasar adalah sikap kita pada awalnya adalah sikap yang murni dan polos, sehingga dengan sangat mudahnya kita berkata dan bersikap jujur, kejujuran adalah kegiatan kita pada masa kanak-kanak, kepolosan yang sering mendapat bentakan, cemooh bahkan tak mungkin sebuah kekerasan yang didapat akibat seorang anak berkata jujur apa adanya...?

masuk dalam etape #KokBisa, disini saya coba menggambarkan, bagaimana sikap-sikap kita yang penuh dengan kepolosan, kejujuran itu perlahan-lahan lenyap bahkan mungkin berkata jujur menjadi hal yang patut mendapat penghargaan, hingga dibentuklah banyak ornamen-ornamen kegiatan untuk mengawasi kita kita untuk bisa membuktikan kejujuran kita, ditemukannlah sebuah teori-teori yang menggambarkan sikap seseorang ketika berbohong, atau bahkan semua sikap-sikap yang mempertontokan kebohongan menjadi pelajaran wajib sebelum bersosialisasi, sehingga ketika kita mengatakan sesuatu kebohongan dengan sikap jujur, maka itu akan menjadi sebuah kebenaran yang semu, karena sudah banyak bukti-bukti atau banyak teori yang mengatakan hal tersebut, bagaimana...?

Pada tulisan ini, saya mengajak diri saya pribadi, lewat tulisan-tulisan ini saya mencoba mengingatkan saya sendiri, jika kita kuat dan sungguh-sungguh menjaga sikap-sikap yang luhur, murni, bersih dari dalam diri hingga bekal-bekal yang kita peroleh sepanjang perjalanan kita akan membuat kita teguh bersikap apa adanya, tanpa ada sebuah kepentingan dan jika kita mampu melakukan itu semua, tanpa sebuah keinginan untuk mendapatkan tepuk tangan, mendapatkan pujian, dan juga mendapatkan posisi empuk incaran semua orang, pada saat itu segala puja dan puji akan singgah menyerbu kita dan pada saat itu kita sanggup tidak jumawa terhadap pujian tersebut dan berkata

#AhBisaAJa.

Sebuah kalimat sederhana, yang sekiranya bisa mengingatkan kita semua, tidak perlu jumawa atas semua jerih payah kita, menjadi diri kita saat ini, dan menjadi apa yang kita cita-citakan.

@febrianeffendi
#24072014

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun