Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pak Mendikbud: Guru Honorer Kerja Rodi, Guru PNS Tukang Perintah

24 November 2014   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:59 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416823238332464438

[caption id="attachment_377812" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber foto: Kompas.com"][/caption]

Semoga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan ada yang memberi masukan tentang keluhan ini. Keluhan ini saya catat dari seorang tenaga guru honorer yang pada tahun 2013 lalu sudah mundur karena tidak tahan dijadikan kerja rodi, semacam kerja paksa oleh pihak Kepala Sekolah ddan guru-guru lain yang tentu saja sudah PNS namun tidak bisa mengerjakan laporan yang sekarang berbasis IT yang tentu saja mereka rata-rata gaptek. Makanya, jadinya guru honorer yang rata-rata muda-muda, melek IT menjadi bulan-bulanan kerja namun duitnya atau gajinya gak pernah naik. Padahal guru honorer tadi sudah mendapatkan NUPTK tinggal menunggu CPNS yang entah kapan - hanya Tuhan yang tahu - karena amburadulnya administrasi teknis di berbagai lembaga dan instansi di tanah air, walau sudah ada Kementerian yang menangani masalah ini.

Tadi malam saya berkunjung ke suatu tempat karena minta bantuan yang berhubungan dengan pelaporan berbasis IT. Tentu saja saya banyak tanya sana-sini soal itu. Akhirnya, dia - sebut saja Mas Adi -cerita pengalaman dia sebagai guru honorer yang akhirnya memilih berhenti pada tahun 2013 lalu. Dan saya mendukungnya dia berhenti karena kemampuan dia di bidang IT, bahkan saat ini dia sudah membuka kursus kumputer, servis dan jasa di bidangnya itu bahkan ssudah bisa sewa rumah bertingkat. Membelinya tinggal soal waktu saja. Padahal sewaktu menjadi guru honorer cuma digaji digaji Rp 700.000 perak tapi kerjanya seperti rodi atau kerja paksa zaman penjajahan dulu, yang entah kapan bisa membeli rumah RSS yang bagaikan mimpi di siang bolong. Impian indah itu saat ini sudah did epan mata setelah berhenti dari guru honorer. Alhamdulillah...

Memang pada awal mulanya kerja normal yaitu mengajar. Karena kemampuan dan keahliannya di bidang IT -bahkan dia sambil meneruskan kuliah di bidang tersebut, dia memperkenalkan IT ke sekolahnya dan juga mengajarinya kepada guru-guru yang lain, sehingga fasilitas sekolah menjadi lebih baik karena sudah menggunakan infokus, dsb. Tentu saja lama-kelamaan kemampuan dia di bidang ini menjadi buah bibir di kalangan guru-guru termasuk kepsek. Singkatnya, akhirnya semua pekerjaan guru-guru lain dan kepsek dibebankan kepadanya khususnya pelaporan para guru PNS yang rata-rata mereka gaptek. Lama-lama dia mikir juga, yang enak-enak menerima gaji dan tunjangan adalah mereka yang ngajarnya semau gue, tapi yang ketiban pulungnya saya yang dikerjakan bagaikan kerja rodi. Begitu kira-kira fikirannya. Mending jika para guru-guru PNS yang ditolong itu memberi tips atas kerja dia, tapi ini pelit dan kedekut. Dimakan sendiri. Mendingan gue kabur - begitu istilah Betawinya.

Tentu saja fenomena ini masih sering saya dengar dari berbagai obrolan jika guru-guru PNS dan yang guru-guru yang sudah bersertifikasi ngajarnya - motivasi mengajarnya - asal-asalan. Mentalitasnya seperti 'gurem', mikir cuma gaji, yang penting gaji bulanandapat walau kerja asal-asalana, masabodo soalnya mengajarnya. Seolah-olah seperti makan gaji buta. Hal ini masih terlihat jelas pada guru-guru PNS di sekolah negeri baik dari tingkat SD - ini saya kurang info -, SMP dan SMA ini cukup banyak saya dapat keluhan dari para wali murid, apalagi saat ini yang menerapkan K-13.

Tentu saja ini masukan buat Menteri Dikdasmenbud yang baru untuk mereformasi kementeriannya, bahkan merestrukturasinya menjadi lebih baik dan memperhatikan guru-guru honorer jangan sampai seperti kejadian yang menimpa seperti Mas Adi diatas sehingga merugikan semuanya.

salam damai,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun