Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Secangkir Kopi

1 November 2021   18:00 Diperbarui: 1 November 2021   18:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secangkir kopi yang kecapekan
menunggu kau yang tak pulang-pulang
adalah secangkir kopi yang sama
yang dikisahkan dari masa ke masa
dari sang kakek kepada cucu lelakinya:

"Selalu ada cinta yang terlambat,
cinta yang tercekat di muka pintu
pada suatu malam yang entah
akankah ada pagi sesudahnya.
Maka, pertimbangkanlah dengan hati-hati
untuk menjanjikan romansa dalam kepekatan kopi..."

Secangkir kopi yang kecapekan
lalu menguap menjadi awan pada
langit petang yang kemerahan
boleh jadi akan diterbangkan angin
menuju musim berikutnya  
tapi seperti yang orang selalu cemaskan,
akankah ia menjadi hujan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun