Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sinyal Lemah

7 Maret 2021   12:26 Diperbarui: 7 Maret 2021   13:10 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sering tanda-tanda yang jelas atas akan terjadinya suatu kerusakan atau keadaan buruk datang terlambat. Misalkan tiba-tiba seseorang mengalami sakit yang sangat di dada pada sisi kiri, yang ternyata adalah tanda ia mengalami gangguan jantung yang hanya dapat diatasi melalui operasi. Atau seperti yang terjadi pada saya pada tahun 2015. 

Ketika itu saya merasakan nyeri yang sangat di uluhati yang kemudian berujung pada operasi pengangkatan bantu empedu. Nyeri itu sesungguhnya sudah lama saya rasakan, tapi saya abaikan karena menganggap mungkin itu sekadar maag. Pengabaian yang membuat saya harus menjalani operasi yang tak mudah dan periode pemulihan yang lebih lama.

Fenomena 'terlambat sudah' ini umum terjadi, baik yang berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang, bisnis yang tersungkur, peralatan canggih yang rusak, hingga bangkrutnya suatu negara. Sebagian orang, para ilmuwan di antaranya, berpikir andaikan saja ada sinyal lemah tapi akurat yang dapat ditangkap. Ya, tentu saja ada. Alam itu, entah itu tubuh, kehidupan sosial, atau luar angkasa, secara konsisten mengirimkan tanda-tanda kepada kita. Hanya, kemampuan kita untuk memahami yang terbatas. 

Keterbatasan itu semakin dapat diatasi dari waktu ke waktu. Sensitivitas kita untuk membaca sinyal itu semakin meningkat. Kita semakin peka. Di dunia medis, berbagai peralatan super canggih -- misalkan Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk membaca tanda-tanda itu ditemukan dan terus ditingkatkan kinerjanya. 

Perkembangan eksponensial di bidang Teknologi Informasi memberikan kontribusi besar pada kemajuan peralatan super canggih ini. Dalam konteks ini, Biomedical Engineering dan Information Technology merupakan dua program studi strategis di masa kini dan mendatang.

Para ilmuwan juga terus bekerja untuk mengembangkan berbagai sensor dan biosensor dengan sensitivitas yang semakin ditingkatkan. Salah satu biosensor yang sekarang sudah umum dipakai dalam kehidupan sehari-hari di antaranya adalah kit pengukur kadar gula darah. 

Pada kit ini terdapat enzim glucose oxidase yang akan mengubah glukosa darah menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida ini bereaksi dengan senyawa kimia yang menghasilkan warna, seperti o-Toluidine atau 2-methylalaniline. Perubahan warna ini yang dideteksi oleh kit, lalu dikonversi menjadi kadar gula darah.

Khusus terkait tubuh kita, ada banyak sinyal yang dikirimkannya kepada kita: keringat, urin, feses, air mata, hembusan nafas, detak jantung, denyut nadi, darah, dan lain-lain. Dengan kemajuan yang terus berlangsung di dunia sensor dan komputer, maka sangat mungkin di masa datang setiap orang dapat mendapatkan informasi real-time dari status kesehatannya setiap bangun pagi, disertai pula dengan diet yang dianjurkan serta aktivitas yang disarankan.

Apa pun bidang ilmu yang mempelajari cara untuk menangkap sinyal lemah merupakan salah satu ilmu yang paling strategis di masa mendatang. Mungkin ini dapat menjadi pertimbangan bagi para anak muda untuk memilih program studi apa saat kuliah nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun