Mohon tunggu...
Markus Utomo Sukendar
Markus Utomo Sukendar Mohon Tunggu... -

- orang biasa -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejaring Sosial, Media Promosi Budaya!

4 November 2013   09:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ribuan budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke, mencerminkan kekayaan yang beragam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Seringkali budaya menjadi aset beku yang tidak terkelola dengan baik sehingga tidak dikenal dan tidak tersentuh oleh pemerintah ataupun masyarakat sendiri.  Kesadaran untuk mengenal budaya sejak lama telah ditanamkan melalui pelajaran di tingkat dasar, hanya saja ketika mulai dewasa kesadaran untuk mempelajari budaya dan memperkenalkan kepada dunia luar semakin menipis.
Teknologi dan Informasi yang berkembang pesat mengubah wajah Indonesia menjadi bangsa yang mengadopsi budaya-budaya luar.  Dari sini membuat budaya lokal semakin terpinggirkan, karena muncul berbagai anggapan bahwa budaya luar bersifat lebih modern dibandingkan budaya lokal.  Pola pikir semacam inilah yang seharusnya dihilangkan.
Promosi kebudayaan yang selama ini terbatas pada penggunaan media-media yang konvensional, harus segera diubah.  Keberadaan Teknologi Informasi dan perkembangannya harus ditanggapi dengan cepat, dengan memunculkan terobosan-terobosan baru dalam promosi kebudayaan.  Penggunaan Internet menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan, disamping media-media konvensional dan kegiatan pertukaran budaya.
Media jejaring sosial merupakan sarana yang efektif untuk mempromosikan budaya-budaya nusantara.  Sebagai contoh: Pengguna Facebook mencapai 1 milyar pengguna aktif pada september 2012.   Dengan jumlah pengguna yang besar, promosi bisa dilakukan dengan membuat forum budaya atau dengan meng-kait-kan tautan yang ada di situs jejaring lainnya, misalnya: Youtube.
Youtube sendiri merupakan situs populer yang menyediakan layanan gratis untuk mengunggah file dengan format audio-visual.  Penggunaan Youtube menjadi media yang menarik, karena pengunjung situs bisa dengan leluasa dan mudah mengakses video-video tentang kebudayaan nusantara yang di-unggah di situs tersebut.  Pada bulan Mei 2013, Youtube memecahkan rekor 1 miliar unique visitor dalam satu bulan.   Hal ini mengisyaratkan lahirnya media baru sebagai “the power of community”.
Merujuk dari kalimat “the power of community” sebagai kekuatan media jejaring sosial, melahirkan model promosi baru yang mungkin bisa diterapkan dalam usaha memperkenalkan budaya-budaya nusantara.  Dari survei yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pengguna aktif internet di Indonesia terus mengalami peningkatan.    Pada tahun 2012, mencapai 63 Juta orang (24,23 persen populasi); tahun 2013 naik 30 persen menjadi 82 juta pengguna dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai 107 juta pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 diprediksikan mencapai 50 persen populasi penduduk Indonesia.
Pengguna muda mendominasi pengguna Internet di Indonesia, terutama media jejaring sosial.  Hal ini menjadi kekuatan yang besar bagi peningkatan promosi kebudayaan nusantara.  Untuk menarik minat pengguna muda diperlukan kreatifitas dan kemasan promosi yang menarik dengan tetap mengedepankan unsur budaya tradisional.
Secara psikologis pengguna muda, memiliki kesamaan untuk mencari identitas pribadi yang didasarkan pada sifat dan kebiasaan tertentu.  Identitas pribadi tersebut kemudian diturunkan menjadi identitas sosial yang didasarkan pada kelompok atau komunitas-komunitas tertentu yang diikutinya.  Begitu juga dengan penggunaan media jejaring sosial, merupakan komunitas online untuk menunjukkan identitas bersama.
Pengemasan Budaya tradisional yang digabungkan dengan efek teknologi dan media baru dapat menjadi pilihan dan diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda.  Budaya tradisional dengan cita rasa baru, sekaligus menjadi bagian untuk mencitrakan ulang lahirnya budaya tradisional sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada.  Hal ini sekaligus menjadi media promosi yang menarik di tengah digitalisasi produk-produk media yang tidak hanya dinikmati oleh bangsa Indonesia, melainkan juga oleh bangsa asing.
Pencitraan budaya nusantara yang dikemas dengan teknologi dan penggunaan media jejaring sosial akan mengubah citra dan pandangan terhadap budaya itu sendiri.  Dalam hal ini, budaya akan menjadi kebanggaan dan gaya hidup (life style) dan ketika kebanggaan menjadi kekuatan, maka kesadaran untuk memperkenalkan budaya nusantara oleh generasi muda akan berjalan dengan sendirinya.
Kehadiran karya-karya budaya tradisional yang dikemas dengan mengedepankan unsur modern dapat digunakan sebagai jembatan untuk menarik minat dan menanamkan nilai budaya nusantara tidak hanya bagi masyarakat Indonesia melainkan juga masyarakat dunia.  Kesan moderen dan tetap menampilkan budaya nusantara sebagai akar budaya akan semakin memperkuat identitas sosial dan bisa menjadi bagian dari gaya hidup yang mewarnai setiap kebudayaan yang ada di Negara lain.  Dan, akhirnya diperlukan kesadaran berbagai pihak dalam rangka promosi dan pelestarian budaya Nusantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun