Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Penulis - Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meretas Asa dan Meneladani Jejak Sosok Nek Yah Ulee Gle Pijay

23 Desember 2020   00:16 Diperbarui: 23 Desember 2020   01:38 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/100000052688854/posts/3856227781055607/

Udara yang sejuk dan kicauan burung pagi berzikir dengan alanya menghiasi sudut dataran yang agak tinggi dan menghimpit rumah sederhana yang terletak tidak jauh dari Jalan Banda Aceh-Medan terlihat pemandangan ramai kala sore hari. Anak-anak seputar Gampong berkumpul di rumah dan Balee juga sederhana. Sosok wanita tua yang banyak saudaranya telah merintis pengajian untuk beut anak Gampong tersebut dengan semangat dan bantuan dari keluarga  serta anaknya yang kini telah menjadi dosen di salah satu universitas jantung hate rakyat Aceh. Masih penasaran dengan lokasinya?

Gampong Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua dengan ibukotanya Ulee Gle Kabupaten Pidie Jaya lokasinya daerah tersebut. Nun jauh di daerah perbatasan negeri Kota Santri Samalanga Bireuen di sudut pedesaan, salah seorang wanita bernama Rukiyah putri dari sosok tergolong tokoh juga bernama Abdullah dengan keilmuan yang dimiliki disamping mengajari anak-anak Gampong. Ia juga menjadi tokoh agama wanita di Gampong. 

Keberadaan tokoh wanita agama memang tergolong langka, perannya bukan hanya pemimpin setiap ada acara keagamaan namun acara udep matee, pesta perkawinan dan lainnya menjadi tanggung jawab secara moral.

https://www.google.com/amp/s/aceh.tribunnews.com/amp/2019/07/30/selaksa-kisah-rumoh-nekyah-di-gampong-ulee-gle
https://www.google.com/amp/s/aceh.tribunnews.com/amp/2019/07/30/selaksa-kisah-rumoh-nekyah-di-gampong-ulee-gle
Itulah keseharian tugas sosok Rukiyah atau Nek Yah masyarakat memanggilnya. Nek Yah mempunyai banyak saudaranya. Saat penulis menelusuri ternyata penari jemari ini juga punya ikatan emosional yang masih kuat, satu jalur dari pihak perempuan. Nekyah adik dari Andian binti Abdullah. Andian merupakan ibunda dari pihak Mak Blang Dalam (Nilawati), sedangkan Nilawati Mak dari" ureung rumoh" di Blang Dalam.

Ikatan emosional itupun menjadi "murajih", konon ceritanya suami dari Neknyah Hanafiah atau Ayahanda dari Muhibuddin rupanya kenal dengan almarhum ayahada di Lamkawe Kembang Tanjung, ketika acara walimah di Lamkawe Ayahanda sempat berbicara dengan Nek Yah dan Ayah' menceritakan beberapa orang yang sangat dikenalnya, sempat disebutkan nama Hanafiah yang merupakan salah seorang PNS di Kemenag Pidie, saat itu masih belum dimekarkan Pidie Jaya. Ayahanda lama menjadi pegawai di Kementerian Agama Pidie pasca dimutasikan dari Kemenag di Kutaraja, tentunya sangat kenal dengan rekan semasa hidupnya,  ternyata sosok tersebut suaminya Nek Yah. Singkat kata dan tidak mungkin dikupas seluruhnya di ruang ini, penari jemari ini juga punya ikatan emosional yang kuat bukan hanya secara kultural bahkan struktural dengan Nek Yah dan Bapak Hanafiah meskipun generasi selanjutnya terkadang "lupa" atau tidak sempat dan punya waktu memelihara tradisi yang telah dirintis assabuqul awwalun merajut ukhuwah dan silaturrahmi.

Kedekatan secara emosional setiap lebaran keluarga Blang Dalam tidak pernah alpa merajut ukhuwah dan silaturrahmi. Tepat Awal tahun tanggal 10 Januari 2019 waktu Dhuha menjadi tahun 'ummul Huzni (tahun kegundahan) bagi keluarga besar Nek Yah. Allah SWT memanggilnya kepangkuan ilahi di umurnya yang ke-71 tahun saat bersemangatnya meneruskan seumeubeut aneuk miet. Angka tersebut mengingat kembali angka dan bulan yang sama kepergian Ayahanda di Blang Dalam (Munir bin M. Yunus) juga mendapatkan surat "cinta" dari langit untuk pamit dari khalifah di muka bumi ini.

Bertemu dan ngobrol dengan Nek Yah apalagi mendengar kisah dulu dan pengalaman menjadi nilai spesifik tersendiri. Saat penulis bersilaturahmi ke rumah Nek Yah bersama keluarga di Blang Dalam, Nek Yah sering diceritakan seputaran roda pengajian Baleenya. Termasuk hal lainnya berkaitan dengan pendidikan dan anaknya yang kini telah menjadi dosen dan belajar di luar negeri.

Kepergian Nek Yah jelas meninggal duka  mendalam dalam termasuk anak murid di Balee beut Neknyah. Pengajian yang telah lama dirintis pihak keluarga besar Nek Yah bersama anaknya berkeinginan kuat masih harus dijalankan roda pendidikan tersebut.

Lembaga pendidikan agama tersebut dengan jumlah anak asuhan sekitar 25 orang tetap dijalankan dengan mendatangkan guru dari seputaran Dayah di Ulee Gle Bandar Dua, Pidie Jaya. Rumah Neknyah sejak dulu telah menjadisat pendidikan agama dan kegiatan kemasyarakatan lainnya, baik pengajian ibu-ibu Gampong bahkan dengan dedikasi dan wibawa serta keilmuannya kerap menjadi "Hakim" kala ada masalah dan sengkata dalam Gampong.


Dua putranya almarhumah Nek Yah Sahlan Hanafiah yang merupakan dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang kini menetap di Finlandia dan Muhibuddin Hanafiah juga dosen di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dua nama ini saat penulis masih belajar di bangku sekolah di Gampong Lamkawe dan telah menjadi penghuni penjara suci di Kota Santri Samalanga sering menghiasi ruang opini Serambi Indonesia bahkan terkadang ulasan " kontroversi", almarhum Ayahanda menjadi pelanggan Serambi Indonesia menjadi opini bacaan rutin. Meskipun kala itu sempat berpikir menjadi pembaca setia sudah istimewa, bisa menulis dan di muat tulisan di media cetak harian seperti Serambi Indonesia itu sesuatu yang mustahil dan tidak pernah berpikir untuk menjadi sosok seperti "Hanafiatani" (dua Hanafiah: Sahlan dan Muhibuddin). Terlebih pendidikan yang ditempuh hanya MAN.

Memang kata orang bermimpilah niscaya kamu akan meraihnya suatu ketika. Ternyata mimpi menjadi penulis dan penari jemari itu sempat berpikir sesuatu yang "mustahil" terlebih dengan berbekal "meuleumak" di Dayah. Singkat cerita ternyata mimpi itu terwujud pasca sekian tahun lamanya. Tentunya mimpi itu terwujud ketika membuka memori kebelakang banyak faktor yang mempengaruhi pola pikir dan bukan sesuatu kebetulan. Hobby membaca, Punya indikator tersendiriSaat masih kecil, kebetulan Ayahanda sebagai pegawai di Kementerian Agama Banda Aceh dan Pidie terkahir TU di MTSN Kembang Tanjung tentunya menjadi langganan Majalah Santunan, Tempo, Mihrab dan beberapa majalah ternama lainnya dibawa pulang ke rumah bahkan kumpulan tersebut mencapai  Bergoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun