Indonesia... Indonesia...
Yah, teriakan-teriakan pendukung timnas Indonesia di ajang AFF bergema di seluruh penjuru negeri, bahkan dari bawah kolong jembatan. Euforianya waktu itu membuat semua lupa tentang masalah bangsa ini, sejenak, hanya sejenak. Timnas melejit, Indonesia seakan satu.
Meski kemenangan di ajang AFF belum sampai ke tangan kita, namun si bundar memberikan kontribusi positif untuk perubahan bangsa ini, khususnya perombakan di organisasi induk sepak bola nasional, PSSI. Jangan lupakan, itu jasa si kulit bundar lho. Si kulit bundar lah yang memberikan provokasi positif untuk menurunkan pimpinan PSSI masa itu. Mungkin si kulit bundar ingin orang-orang yang mengurus segala sesuatu yang menyangkut namanya adalah orang-orang lurus, minimal agak lurus kalau tidak bisa lurus-lurus amat.
Jadilah si kulit bundar media pemersatu bangsa saat itu. Berbondong-bondong suporter dari berbagai daerah datang ke ibukota untuk menyampaikan aspirasi. Mereka datang dari latar belakang berbeda, tanpa memperdulikan SARA, para suporter bersatu dengan mengusung satu misi, Reformasi PSSI.
Oh bola, oh bundar, besar jasamu dalam rangka memmpersatukan bangsa ini.
Bola, tetaplah jadi pemersatu...
Hidup timnas. Timnas memang paling Indonesia karena mampu meng-indonesiakan talenta-talenta sepakbola yang belum Indonesia.