Mohon tunggu...
Ahmad Fakhri Hasan
Ahmad Fakhri Hasan Mohon Tunggu... Sekretaris - Ahmad Fakhri Hasan (Fakhri) Lahir di Samuda Kecil, Samuda, Kotim, Kalteng, 11 Feb. 1992 anak dari Herman Nafiah & Hartini, setelah mondok di Madrasah Tahfidz Al-Qur;an, Wustha, Ulya, sang pencinta ilmu kuliah di IAIN Palangka Raya Jurusan Ushuluddin, Sarjana Agama (S1) dan sedang melanjutkan Magister Hukum (S2) di kampus yang sama. ia aktif beberapa organisasi sekretaris PKC PMII Kalimantan Tengah, Wakil Ketua Umum FKMTHI Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia, selain aktif di organisasi ia juga mendapat kesempatan sebagai perwakilan pemuda perdamaian (mewakili kalteng) saat kegiatan di pulau NTB dan dia terpilih sebagai nama teratar dalm karya tulis Antologi ESSAI peserta Lombok Youth Camp (LYC) pada tahun 2018,.

Aktif di peneltian lapangan LIVING Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beragama di Tengah Covid-19

7 Mei 2020   06:30 Diperbarui: 7 Mei 2020   06:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok: neurosciencenews.com

Agama yang baik adalah Agama yang mouderat, kedatangan Agama untuk memelihara jiwa manusia, siapapun dia muslim atau non muslim harus di hormati. Agama datang juga untuk memelihara akal manusia. Dalam hal ini Agama Islam adalah agama yang rahmat yang selalu terbuka dengan setiap perbedaan.

Hari ini, perbedaan itu muncul semisal di tengah masyarakat terkat Covid-19 dalam masalah beribadah dirumah atau di masjid. Itu semua disebabkan akal manusia memang di ciptakan oleh Allah berbeda. Kalau melihat penomena kebelakang dalam sejarah ada kelompok-kelompok yang kita kenal Qadariyah, Jabariyyah dan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Mari kita coba dalami pemikiran-pemikiran aliran-aliran ini, Aliran Jabariyyah, menyerahkan sepenuhnya kepadaa Allah. Segala urusan apapun bentuknya golongan ini bergantung dengan takdir Allah tanpa ada usaha. Contohnya seperti kejadian wabah virus corona ini, mereka menyakini wabah ini terjadi atas takdir Allah, seandainya golongan ini kena wabah mereka yakin itu takdir Allah bagi dirinya. Dalam hal ini kalau  disimpulkan mereka tidak mengikuti aturan pemerintah, golongan ini tidak mau menjaga jarak, tidak mau memakai masker dan dia tidak mau cuci tangan dll.

Kedua yaitu aliran Qadariyyah golongan ini berfahaman Allah itu menyerahkan segalanya kepada ikhtiar dan usaha manusia, dalam hal ini  taat menjaga jarak, ketika keluar rumah mau memakai masker dan rajin mencuci tangan, golongan ini berkenyakinan dengan ikhtiar mampu melawan semisal wabah Covid-19 tanpa mengaitkan segalanya urusan itu kepada tuhan. Golongan ini sangat gigih dengan ikhtiar dan sangat jaga dengan kebersihan, golongan ini juga menganggap hal demikianlah yang bisa menyelamatkan dari wabah ini.

Sangat berbeda dengan konsep keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah, golongan ini yakin wabah ini hadir dari kehendak Allah seandaainya kena atau terdampak Covid-19  juga yakin itupun atas kehendak Allah SWT.

Pada saat yang sama konsep pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah juga menyempurnakan ikhtiar usaha, kalau ada wabah berarti manusia harus menghindar, kalau ada penyakit yang menular manusia berusaha mencegahnya, kalau wabah ini sangat cepat menyebarnya maka manusia di anjurkan di rumah saja, ikuti aturan pemerintah tetap jaga jarak, selalu cici tangan, dan apabila keluar rumah pakai masker dan hindari kerumunan. Kalau fatwa MUI tidak ada sholat jum’at karena ada wabah yang mematikan, maka hukumnya wajib masyarakat dalam sebuah negara  mentaati dan sholatlah di rumah saja dan di ganti dengan shalat zuhur.

Konsep Ahlussunnah Wal Jama’ah ini manusia diberikan akal oleh Allah SWT untuk memikirkan kemaslahatan bersama, dari itulah pemerintah tugasnya untuk mengatur dunia agar dunia ini stabil untuk keselamatan bersama.

Ada sebagian masyarakat yang tidak mengikuti imbawan pemerintah, padahal badan kesehatan dunia sudah menetapkan Covid-19 ini sebagai pandemi global, penyebarannya sangat cepat dari manusia kemanusia karena itu berkumpul bahaya karena bisa menyebabkan penuran. Pemerintah juga mengeluarkan seruan, imbawan bahwa ada poin tentang larangan berkumpul.

Para ulama fatwa-fatwa di seluruh dunia Islam, Arab Saudi, Jordan, Mesir, Maroko, Yaman, Emirat, tunisia, dan juga Majlis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa, lebih dari itu para tokoh bangsa ini  juga bersuara, mereka semua meminta untuk masyarakat Indonesia agar mentaati aturan imbawan dari pemerintah.

Tapi sampai hari ini masih manyak yang tidak mentaati. Dalil dalil-dali Alquran dan hadis yang disampaikan oleh ulama, mereka abaikan. Coba kita lihat bahasa mereka saat di tengah-tengah pandemi Covid 19. “Kita ini tidak boleh takut corona Takut itu kepada Allah, urusan hidup mati itu takdir Allah”. 

Padahal perintah kepada sekalian manusia  untuk menghindarkan dari mudarat itu adalah perintah Allah dan Rasulallah dalam QS. Al-Baqorah ayat 195 Artinya: “Jangan menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan”. Lihat pula QS. An-nisa Ayat 71 Artinya: “Wahai orang yang beriman bersiaplah kamu untuk bertempur untuk ambil senjata, pakai pelindung”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun