Mohon tunggu...
Henrico Fajar
Henrico Fajar Mohon Tunggu... Lainnya - Bergiat di SPEK-HAM

Terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelesaikan Pekerjaan Rumah

22 September 2021   15:15 Diperbarui: 22 September 2021   15:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah diskusi bersama sejumlah laki-laki atau suami, saya pernah mengajukan pertanyaan kepada mereka. Pertanyaannya seperti ini, siapa diantara bapak-bapak yang hadir di sini melakukan pekerjaan rumah? Beberapa peserta lantas menjawab, mengaku terbiasa melakukan pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, mencuci piring, setrika, memasak, mengasuh anak dan sebagainya.

Saya pun senang mendengar jawaban itu, bukan karena ada "teman" yang senasib dan seperjuangan dengan saya, tetapi istri siapa yang tidak senang melihat suaminya giat melakukan pekerjaan rumah karena beban pekerjaan rumah semakin terasa ringan.   

Dalam kesempatan yang lain saat berjumpa dengan beberapa anggota komunitas perempuan, saya pernah bertanya kepada peserta, kegiatan apa yang dilakukan suami saat berada di rumah? 

Sebagian besar dari peserta menyatakan bapak-bapak saat di rumah biasanya melakukan kegiatan bersifat hobi, misalnya memelihara burung, otomotif dan sebagainya. 

Sementara yang lainnya ada yang menjawab membantu usaha istri, seperti membuat karak, rambak dan sebagainya. Sebagian lagi ada yang menjawab membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.   

Sebagain besar masyarakat kita berpendapat bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab istri atau perempuan. Bagi saya dan sebagian warga masyarakat yang lainnya pernyataan tersebut tidaklah tepat. 

Walaupun faktanya, ada banyak masyarakat kita yang percaya bahwa pernyataan atau pendapat tersebut dianggap benar dan menjadi pembiasaan atau kebiasaan bahwa perempuanlah yang wajib hukumnya menyelesaikan segala pekerjaan rumah.

Saya sangat beruntung dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang egaliter dan menjunjung tinggi kesetaraan gender. Seingat saya, ibu dan bapak saya tidak pernah membedakan pekerjaan perempuan dan laki-laki dalam keluarga. 

Bapak mencuci baju sendiri itu sudah biasa, bahkan seringkali baju-baju ibu yang kotor dicucikan bapak. Pemandangan ini lumrah terjadi, tidak pernah ada protes bahkan penolakan. 

Demikian pula dalam mendidik anak-anaknya, kakak, saya dan adik sedari masa kanak-kanak sudah diperkenalkan untuk ambil bagian dalam tanggung jawab atas pekerjaan rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun