Jarit atau kain alias Tapih dalam bahasa lokal hanyalah selembar kain dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Jarit sering kita lihat dipakai ibu-ibu dengan kebaya menambah anggun yang memakainya. Â Sering juga digunakan untuk menggendong bayi yang disebut selendang atau buat ayunan bayi.Â
Di Brebes, Â jarit bukan sekedar alat penutup tubuh saja tetapi hadiah seserahan dan strata sosial. Jarit banyak digunakan saat acara pernikahan sebagai hantaran seserahan untuk penganten dan keluarga.Â
1. Busana.
Masih sering kita jumpai masyarakat kita yang menggunakan jarit sebagai pakaian sehari-hari terutama kaum wanita. Â Banyak ibu-ibu yang menjadikan jarit sebagai pakaian harian, Â ada juga sewaktu-waktu ketika ada acara spesial seperti kondangan atau kumpulan organisasi.Â
2. Hantaran Penganten.Â
Jarit dijadikan bahan hantaran saat pernikahan untuk penganten, Â keluarga besar atau orang spesial. Kalau untuk penganten disebut "Gawan" untuk dipakai saat berkunjung kerumah mertua. Â Sedang untuk orangtua atau keluarga besar disebut "Pesalin" atau "Pesing". Maknanya memberikan jarit sebagai pengganti pakaian yang mungkin kena ompol sewaktu dia masih kecil.Â
3. Kudangan.Â
Kudangan atau permintaan biasanya diberikan pada orang spesial sipenganten pada waktu kecil. Â Bisa orang tua, paman, Â oom, Â bude, pakdhe, Â kakek, Â nenek atau pengasuhnya. Kudangan terjadi karena ada peristiwa khusus waktu penganten masih bayi, Â sehingga orang tersebut sampai membatin. Permintaan kudangan biasanya dibicarakan sebelum hari H dan harus dipenuhi, Â kalau tidak dipenuhi atau kelupaan biasanya akan terjadi sesuatu pada penganten saat disandingkan.Â
4. Prestise dan Strata Sosial.Â
Pada kalangan tertentu biasanya terjadi permintaan khusus pada kedua calon besan, mengenai motif jarit. Â Masih ada anggapan motif-motif tertentu akan menunjukan kelas strata sosial di masyarakat. Â Dan ini akan menjadi kebanggaan kalau pesing yang dia dapatkan motif tertentu begitu juga sebaliknya.Â