Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seorang Ibu yang Menangis

28 Juni 2010   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:14 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kertas koran itu teronggok. Ia telah lusuh akibat campuran remasan dan airmata. Sedikit bergerak karena terpaan angin dari arah pintu yang terbuka lebar. Pada halaman yang terbuka, sedikit terbaca adanya berita tentang seorang oknum PNS yang tertangkap karena kasus korupsi. Lagi-lagi negara ini telah melahirkan generasi muka badak. Ingin badan besar tapi tak ingin sakit jika dicubit. Mencoba mematikan rasa sensitif di sekujur kulitnya, terutama di daerah wajah.

Sementara di teras, seorang ibu menangis. Airmatanya telah menganaksungai di wajahnya, hingga menetes tepat di bagian bawah dagunya. Tatapannya kosong, padahal pekarangan rumahnya adalah taman yang paling indah di kompleks perumahan itu. Dan jika kamu saat itu berada di dekatnya, jangan kaget kalau menyentuh kulitnya adalah seperti kamu membuka pintu lemari es dan membiarkan hawa di dalamnya menyebar ke kulitmu. Begitu dingin!

Koran yang lusuh itu adalah hasil perbuatannya. Tak lebih dari setengah jam yang lalu ia begitu bersemangat membaca koran, sama semangatnya setiap hari saat membuka lembaran demi lembaran koran langganannya. Itulah pekerjaan yang bisa dilakukannya untuk mengisi hari-harinya yang semakin senja. Dan koran itu pun lusuh, saat ia mengetahui kalau oknum PNS yang dimaksud adalah anaknya. Anak tersayangnya.

Seorang ibu menangis. Namun ia tidak menangisi kelakuan anaknya yang sudah pasti mencoreng-moreng keluarga besarnya. Biarlah itu menjadi tanggung jawabnya sendiri. Toh, ia bukan saja sudah baligh, tetapi juga sudah menjadi kepala keluarga di rumah tangganya sendiri. Sudah punya dosa yang harus ditanggung sendiri. Ia menangisi dirinya sendiri.

Ya, seorang ibu menangis karena dirinya sendiri. Ia seperti tersadar bahwa anaknya bisa seperti itu karena kelakuan dirinya sendiri. Ia sendiri yang telah membentuk anaknya menjadi seperti itu, melalui pendidikan sekolah yang tidak berkah. Seorang ibu menangis, saat ia melihat dirinya sendiri sedang mengantar anaknya masuk ke SD favorit. Ia menyuap pihak sekolah agar anaknya bisa masuk dengan selamat. Ia pun melakukannya lagi saat anaknya masuk ke SMP, SMU, dan perguruan tinggi favorit. Dan pada akhirnya, ia pun hanya bisa menangis.[]

Bang Aswi (28 Juni 2010)
Sebuah doa untuk anakku, Bintan, yang akan menapaki lingkungan baru di sebuah tempat bernama Sekolah Dasar. Semoga pendidikanmu berkah, Nak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun