Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bahaya Sikap Apatis Bagi Tumbuh Kembang Anak

29 November 2022   14:00 Diperbarui: 29 November 2022   14:04 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://plus.kapanlagi.com/arti-apatis-adalah-sikap-tidak-peduli-kenali-ciri-dan-penyebabnya-979298.html)

Tahukah anda apa itu sikap apatis? Sederhananya sikap apatis merupakan suatu sikap dimana seseorang kurang atau bahkan tidak sama sekali memiliki kepedulian terhadap kondisi lingkungan sekitar. Menurut News Medical Life Science, seseorang dapat dikatakan apatis jika mereka menujukkan kurangnya perasaan, minat, dan perhatian khusus tentang situasi tertentu atau kehidupan secara umum. Sikap ini juga kerap dikaitkan dengan kondisi mental atau gangguan tertentu. 

Mengacu pada teori lainnya, sikap apatis adalah suatu keadaan psiokologis yang mana seseorang atau individu itu tidak lagi peduli terhadap aspek -aspek penting di dalam kehidupan manusia. Seperti aspek emosional, fisik, serta kehidupan sosial. Menurut Fritz Solmitz apatis merupakan suatu ketidakpedulian individu disebabkan karena tidak mempunyai minat khusus terhadap aspek-aspek tertentu. Seperti aspek fisik, emosional. Serta kehidupan sosial. Selain itu, Albertine Minderop mengartikan apatis adalah suatu sikap seseorang yang menarik diri serta seakan-akan pasrah pada keadaan. 

Dari pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sikap apatis ada rasa berkurang hingga matinya kepedulian atau rasa simpati seseorang terhadap keadaan diri, lingkungan, serta keadaan yang lebih luas berkaitan dengan fenomena-fenomena tertentu. Dari pernyataan itulah, sikap apatis memang secara jangka panjang dapat merusak karakter diri seseorang dalam menjalani fungsi kehidupan bermasyarakat. 

Mengajarkan peserta didik atau anak di rumah dalam menjauhi sikap apatis adalah hal yang penting dilakukan di sekolah maupun di rumah. Guru dan orang tua juga perlu bersinergi dalam memberikan bimbingan dan pengajaran yang optimal agar sikap apatis tak terjadi secara laten dan menjadi sifat dari si anak. 

Sebab Apatis

Seseorang menjadi apatis pasti depengaruhi oleh beberapa faktor. Baik yang datang dari dirinya maupun orang lain. Namun, sebagian besar orang bersikap apatis karena pengaruh dari pengalaman hidupnya yang pernah dialami. Ada pengalaman hidup yang buruk dan kelam lalu mudah dilupakan sehingga membuatnya menjadi seseorang menjadi apatis. Selain itu, jika diamati lebih lanjut, lebih dari sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh seseorang yang apatis. Sebenarnya mereka sedang memberitahu orang-orang bahwa mereka tidak bisa percaya terhadap siapapun. Berikut beberapa penyebab seseorang menjadi apatis yang perlu kamu tahu.

Ada beberapa sebab sikap apatis tersebut dapat terjadi dan dialami oleh seseorang. Yang peryama tidak percaya lagi pada orang lain : hal tersebut terjadi disebabkan seseorang itu terlalu sering dikecewain serta merasa dikhianati oleh orang yang disayangi atau juga orang yang dipercaya. 

Yang kedua, tekanan emosional: hal tersebut dapat disebabkan seseorang menerima perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain. Misalnya dirundung atau dibully secara terus menerus.

Yang ketiga, kekurangan fisik. Tidak jarang banyak orang yang merasa apatis akibat dari kehilang rasa percaya diri terhadap suatu hal seperti kekurangan fisik. Orang yang merasa tertekan terhadap cibiran dan kurangnya rasa percaya diri akibat kekurangan fisik berdampak pada sikapnya menjalani kehidupan sehari-hari. 

Yang keempat bisa jadi disebabkan oleh kurangnya rasa kasih sayang yang diberikan orang-orang di sekitar. Kurangnya perhatian dan rasa kasih sayang di lingkungan terdekat seperti keluarga juga dapat menjadi penyebab seseorang tak terlalu peduli terhadap segala hal yang terjadi di sekitarnya (apatis). Jika ini sudah terjadi dan berlangsung lama, sulit kemungkinan untuk bisa memperbaiki karakter diri orang tersebut untuk dapat kembali peduli dan respect.

Ciri-Ciri Perilaku Apatis

Ada beberapa perilaku yang dapat dikenali sebagi ciri-ciri dari perilaku apatis. Individu yang mengalami kondisi apatis ini biasanya umumnya menunjukkan ciri-ciri mirip dengan gejala orang depresi. Berikut beberapa ciri dari perilaku apatis yang dialami oleh seseorang.

a. Kehilangan minat

Hilangnya minat atau ketertarikan terhadap suatu permasalahan atau fenomena tertentu yang dialami seseorang bisa menjadi tanda awal dari perilaku apatis dapat muncul. Orang yang kehilangan minat terhadap suatu peristiwa atau fenomena tertentu berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya akan merasa bahwa apa yang telah terjadi bukanlah ia yang menjadi penyebabnya dan ia juga tak memiliki andil untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

b. Hilangnya motivasi

Segala hal yang dilakukan oleh orang yang sedang mengalami kondisi apatis biasanya cenderung tak terarah dan tak bertendensi kepada apapun. Bahkan, segala yang dilakukan ia lakukan hanya sebatas membantu tanpa adanya motivasi untuk melakukan secara konsisten. Lebih parahnya, ada hal-hal yang dahulu ia senang lakukan namun di masa sekarang ia justru tak lagi suka dan termotivasi untuk melakukannya lagi.

c. Tak Peka

Ketidakpedulian atau ketidakpekaan terhadap keadaan sekitar bisa menjadi ciri dari perilaku apatis seseorang itu muncul. Orang yang sudah terbiasa tidak peka akan merasa bahwa semua yang terjadi di sekitarnya adalah bukan urusannya bahkan rasa kemanusiaannya dan sosialisme juga dapat terkikis akibat dari sifat tidak peka tersebut.

Bahaya dari perilaku apatis yang mungkin dapat berdampak buruk terhadap anak-anak atau peserta didik adalah munculnya sikap individualisme yang muncul di lingkungan peserta didik. Anak yang terbiasa apatis cenderung susah untuk menjalankan fungsi kehidupan sebagai masyarakat sosial. Selain itu, masalah apatis yang biasanya muncul di kota-kota besar akan berdampak besar terhadap tatanan kehidupan gotong royong yang menjadi identitas masyarakat Indonesia. Hidup sendiri-sendiri, tak ada sosialisasi, tidak adanya musyawarah dalam memutuskan sesuatu, hingga timbulnya perpecahan atau konflik horizontal di lingkungan masyarakat.

#SalamLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun