Melihat gelaran piala dunia yang pada tahun ini digelar di Qatar mungkin keadaannya akan sama ketika kita membandingkannya dengan gelaran piala dunia sekitar sepuluh tahun yang lalu.Â
Tepatnya tahun 2002 kala piala dunia digelar di Korea Selatan dan Jepang. Ketika itu FIFA resmi menunjuk dua negara asia sebagai tuan rumah gelaran piala dunia melanjutkan tuan rumah gelaran tersebut empat tahun sebelumnya yakni Perancis pada 1998.Â
Memang jika kita melihat secara umum, keadaan negara asia memang ketika itu sedang kurang sehat pasca krisis moneter yang menerpa beberapa negara di dunia termasuk yang ada di benua Asia. Namun setelah beberapa tahun, Jepang dan Korea Selatan mantap menatap gelaran akbar sepakbola empat tahunan tersebut.Â
Tak jauh berbeda dengan piala dunia tahun ini, tentu ada banyak kontroversi yang menghinggapi gelaran piala dunia yang digelar di Qatar tahun ini. Mulai dari regulasi, budaya, hingga keluhan cuaca yang kerap menjadi momok bagi para pemain Eropa. Lalu apa sajakah keluhan para pemain benua eropa selaku kontestan negara piala dunia tahun ini mengingat keadaan negara Qatar yang tak biasa bagi mereka?
Aturan Pelarangan LGBT dan Sex Bebas
Memang bukan sebuah pemberitaan aneh jika negara-negara benua asia khususnya Asia Barat yang mayoritas penduduknya beragama islam. Tentu aturan-aturan yang berbau agama akan sangat dikedepankan demi menjaga nama baik negara-negara muslim dan yang utama menjaga nama baik agama Islam di mata dunia.Â
Jika kita  bandingkan kultur budaya  atau kebiasaan masyarakat yang hidup di benua eropa tentu sangat berbanding terbalik dengan masyarakat di benua asia terutama di daratan asia barat.Â
Salah satunya ialah sex bebas dan praktik LGBT. Tentu di beberapa negara barat ada banyak kampanye mendukung program LGBT yang senantiasa di lakukan. Ini bisa kita lihat kala ban kapten masing-masing pemain liga Inggris berwarna pelangi yang menandakan bahwa LGBT sudah diberikan ruang dalam kehidupan masyarakat di Eropa.Â
Ini tentu bertentangan dengan budaya masyarakat di Asia Barat yang mayoritas menolak hal tersebut lantaran alasan agama, mayoritas masyarakat muslim, serta menjaga harkat dan martabat agama Islam di mata dunia.Â
Selain itu hal yang dilarang dan dianggap kontroversial adalah dilarangnya para wisatawan asing melakukan hubungan seksual di luar nikah selama mereka di Qatar. Selain itu bagi mereka yang memakai pakaian tak sesuai dengan gender juga dapat dikriminalisasi.
PakaianÂ