Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahaya Sikap Berkubu-Berkubu Dalam Pertemanan Peserta Didik

10 November 2022   12:23 Diperbarui: 10 November 2022   12:33 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri, ilustrasi pertemanan peserta didik)

Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik memang begitu kompleks. Mulai dari hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran, fenomena guru, masalah dinamika pendidikan, kualitas pengajaran dan pembelajaran, hingga masalah-masalah sederhana dalam kelas pun layak untuk dikaji. Secara teoretis, Musen dkk (dalam Nababan, 2008) menyatakan bahwa persahabatan atau pertemanan adalah hubungan pribadi yang menyangkut keseluruhan pribadi berdasarkan kepercayaan yang mendalam dengan saling membagikan, menerima sesuatu dan merupakan kesempatan untuk memperluas diri. Sahabat merupakan pribadi di mana kita dapat mengungkapkan perasaan-perasaan subjektif, emosional, bahkan mungkin konyol. Dalam artian, sahabat merupakan tempat berkatarsis (mengeluarkan uneg-uneg).

Sementara itu Dariyo (2004) juga menyatakan jika persahabatan merupakan hubungan emosional antara individu yang ditandai dengan keakraban, saling percaya, menerima satu dengan yang lain, mau berbagi perasaan, dan pemikiran, pengalaman, serta melakukan aktivitas bersama.

Pertemanan yang dimaksud adalah mencoba untuk beradaptasi dan berbaur terhadap sesama teman di kehidupan sehari-hari khususnya dalam lingkungan kelas. Anak biasanya lebih banyak memilih teman yang memang sefrekuensi dengan mereka atau dapat dikatakan banyak kasus di mana anak memilih teman yang memang sepemikiran. Padahal jika kita kaji lebih mendalam, memilih teman berarti harus mampu berteman dengan semua teman di kelas hanya saja dengan pertimbangan tertentu mana teman yang lebih relevan dijadikan sahabat maupun teman kerja dalam kelompok sehari-hari di sekolah.

Lalu, apa yang menyebabkan peserta didik dalam kelas lebih senang berkubu-kubu dalam berteman di kelas?

Faktor Power dan dominasi

Faktor yang satu ini menjadi sebab utama dari alasan beberapa siswa di kelas lebih senang memilih berteman dengan sesama siswa yang satu pemikiran dan tak memiliki dominasi atau bahkan lebih lemah pengaruhnya. Dengan sikap seperti itulah, siswa yang memiliki dominasi akan semakin senang mendominasi kelas dan cenderung bersikap negatif dan arogan. 

Berteman Dengan Tujuan Negatif

Faktor pertemanan ini adalah yang paling berbahaya untuk diterapkan dalam lingkungan peserta didik. Bahkan yang lebih parah, akan menyebabkan efek lainnya seperti pemalakan, pencurian, hingga kekerasan yang kerap terjadi dalam lingkungan pertemanan. Cara mengatasi pertemanan yang seperti ini adalah dengan tetap memberikan pengawasan yang optimal kepada peserta didik di kelas.

Sesama Suku

Suka atau tidak suka, faktor yang seperti ini memang nyatanya berlaku dalam pertemanan sehari-hari. Peserta didik yang berlatar suku tertentu akan merasa bahwa ia harus memiliki teman yang sama suku agar komunikasi dan aksi dalam pertemanan dapat berjalan sesuai apa yang diinginkan. Di sinilah letak masalahnya, dengan menentukan pertemanan berdasarkan latar belakang suku tertentu maka akan menyebabkan ada peserta didik yang tak memiliki teman dengan suku yang sama akan tidak memiliki teman jika ia ingin berlangsungnya interaksi di kelas.

Perbedaan Status Sosial dan ekonomi

Penyebab adanya diskriminasi sosial dalam pertemanan karena latar belakang keluarga dan ekonomi yang biasanya memengaruhi. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya di sekolah-sekolah negeri kita masih menemukan siswa yang berteman hanya dengan teman sekelas yang latar belakang kehidupan ekonominya setara. Bahkan lebih dari itu, lingkungan sekolah swasta juga tak dapat dipungkiri. Maka dari itu, mengatasi pertemanan di kalangan peserta didik yang berlandaskan status sosial dan ekonomi adalah dengan memberikan pengertian serta kebijakan yang sifatnya adil dan tak mengintimidasi latar belakang siswa tertentu.

Hanya Berteman dengan yang ranking

Selama ini, lingkungan pertemanan biasanya didominasi oleh lingkungan pertemanan yang di dalamnya diisi oleh siswa yang pintar dan cerdas dalam akademik. Padahal dalam kelas ada banyak kecerdasan yang sifatnya variatif. Untuk itulah, kita sebagai guru perlu mengajarkan cara pertemanan yang positif dengan berteman kepada siapapun di dalam kelas. Dengan begitu, peserta didik akan terbiasa berteman dengan sesama yang memiliki kemampuan beragam. 

#SalamLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun