Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita dari Pasar Segiri dan Kaitannya dengan Mahasiswa

8 November 2022   23:28 Diperbarui: 8 November 2022   23:36 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri, Pasar-segiri-samarinda)

Cerita ini dimulai saat masih berkuliah sekitar tahun 2017. saya yang baru setahun menikmati sensasi menjadi anak kos mencoba mengatur keuangan dengan menjadwalkan memasak setiap harinya. Namun ketika waktu weekend tiba, saya biasanya memutuskan untuk sekedar membeli kebutuhan akan lauk-pauk yakni beragam ikan segar yang biasanya dibeli untuk sekedar menyenangkan diri dan mengundang acara kecil-kecilan yakni memasak dan makan bersama dengan teman-teman kos. 

Pengalaman pertama kali adalah berbelanja di pasar Segiri Samarinda. Membahas sedikit tentang sejarahnya, Pasar Segiri sendiri merupakan salah satu pasar terbesar dan begitu ikonik di Kota Samarinda. Pasar Segiri terletak di Jalan Pahlawan Kecamatan Samarinda Ulu. Merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pasar Kota Samarinda. 

Pasar Segiri sebagai  pasar induk melakukan aktifitas bongkar muat paling ramai di Kota Samarind, aktifitasnya pun sudah dimulai dini hari hingga waktu malam tiba. Pasar Segiri pernah mengalami kebakaran pada tahun 2009, dan pasca peristiwa tersebut pasar Segiri kembali dibangun dengan mengedepankan konsep pasar tradisional modern. 

Kembali membahas tentang berbelanja, ketika pertama kalinya berbelanja di Pasar Segiri saya melihat sendiri bahwa kawasannya memang cukup lebar di dalam area pasarnya. Bahkan sangking luasnya, kita akan bingung mencari mana penjual yang memang  harganya cocok dengan kantong pembeli apalagi seperti saya yang pada saat itu masih seorang  mahasiswa. 

Berjalan menyusuri lorong pasar saya sangat tertarik dengan keramahan para penjualnya di sana. Ragam logat pun tersaji khas para penjual, mulai dari orang bersuku Jawa, Banjar, Kutai, hingga orang suku Dayak pun ada yang berjualan di situ. Saya begitu menikmati keramahan tersebut, menawarkan aneka sayur-sayuran, ikan segar, buah-buahan, rempah-rempah, hingga komoditas lainnya membuat banyak pilihan barang  yang ingin dibeli semakin bervariasi. 

Waktu saya berbelanja saat  subuh saya gunakan untuk berburu ikan segar untuk keperluan makan di saat weekend. Ikan laut seperti bandeng, tongkol, selar, layang, dan lain sebagainya. 

Selain itu, tersedia juga ikan sungai yakni patin, jelawat, baung, haruan, lele, hingga ikan pari sungai juga dijual di sana. Tak ketinggalan, ayam dan daging sapi juga dijual di  pasar tersebut. Waktu menujukkan pukul 05.30 pagi, saya memutuskan membeli ikan bandeng satu kilogram dan ceker ayam. Dengan modal 50 ribu rupiah, agaknya saya sudah bisa menikmati makan enak di akhir pekan.

Beberapa hal yang menjadi pelajaran ketika berbelanja di pasar segiri maupun di pasar-pasar lainnya di kota Samarinda yang saya dapatkan sebagai berikut.

Keramahan penduduk lokal

Jika anda ingin menemukan keramahan penduduk di kota, salah satu caranya ya mendatangi pasar tradisional. Mengapa demikian, karena warga lokal yang berjualan di pasar biasanya masih menjaga nilai-nilai sosial antar warga masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun