Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gaya Permainan "Negatif Football" Sepak Bola Modern: Dibenci atau Dikagumi?

17 September 2022   13:07 Diperbarui: 17 September 2022   13:19 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas tentang dunia sepakbola memang tak pernah ada habisnya. Kita sebagai penikmat tontonan berkelas dari pertunjukkan para masterclass lapangan hijau, pemain aktif sepakbola, player video game sepakbola, hingga suporter fanatik tentu tak kehabisan bahan untuk memperbincangkan tentang dunia sepakbola. Dalam dunia sepakbola sendiri, telah  dikenal sejak lama beragam taktik dan formasi, serta gaya permainan dari masing-masing tim di dunia. Mulai dari klub-klub ternama macam di benua eropa, hingga tim nasional sepakbola pun tak luput dari adop-mengadopsi strategi permainan sepakbola. 

Melihat sekilas tentang sejarah, tentu di era masa lampau kita telah mengenal ragam gaya permainan dalam dunia sepakb0la. Mulai dari verrou yang memiliki ciri khas yakni intens defensif. Gaya permainan tersebut dicetuskan oleh Karle Rappen yang mempopulerkannya di tahun 1950-an dan akrab disebut taktik rantai. Kedua kita mengenal gaya sepakbola jogo bonito. Gaya permainan tersebut merupakan gaya khas yang dipertunjukkan oleh timnas Brazil khususnya beberapa para pemain Brazil yang berlaga dalam pertandingan resmi. Jogo bonito sendiri memiliki gaya khas pemain brazil yakni menitikberatkan pada kelincahan tubuh. Maka dari itu, kita tentu tak heran jika banyak pemain sepakbola profesional asal Brazil seperti Neymar, Robinho, Ronaldinho, hingga Vinicius Junior memiliki skil olah bola yang ciamik untuk mengelabui lawan. Jogo bonito mulai dikenal luas kala timnas Brazil berhasil menjuarai piala dunia 1958. 

Selanjutnya, gaya sepakbola yang terkenal hingga saat ini adalah kick and rush. Gaya permainan ini merupakan ciri khas dari salah satu negara di benua eropa yang menggunakannya dalam dunia sepakbola. Timnas Inggris menjadi negara yang akrab dengan gaya permainan tersebut. Memadukan kecepatan dan kekuatan serta umpan-umpan silang dari sisi sayap guna dapat menghasilkan gol. Tak jarang kita dapat melihat gaya permainan ini saat timnas Inggris berlaga. Inggris sendiri telah berhasil mencapai kesuksesan dalam keikutsertaannya di piala dunia kala berhasil menjadi juara di tahun 1966 silam. Dua gaya permainan tersebut hanyalah beberapa dari banyak gaya permainan dalam sepakbola khususnya di era modern saat ini. Ada gaya tiki taka yang akrab dengan timnas Spanyol kala berhasil menjadi jawara dunia di tahun 2010. Kemudian total football yang dipopulerkan oleh timnas Belanda. Lalu. ada salah satu gaya permainan yang muncul di era sepakbola modern saat ini. Gaya permainan tersebut adalah taktik negative football. Gaya parkir bus menjadi salah satu cara yang digunakan dalam sistem bertahan pada permainan sepakbola. Dengan menumpuk para pemain bertahan sebanyak mungkin di lini bertahan, maka akan menciptakan skema pertahanan berlapis yang bertujuan untuk mempertahankan gawang agar tak kebobolan. Beberapa tim yang telah menerapkan taktik ini antara lain Manchester United era Jose Mourinho, Atletico Madrid era Diego Simeone, Chelsea, dan beberapa klub sepakbola lainnya. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa taktik parkir bus dianggap sebagai negative football? Jika tak disukai, mengapa justru banyak yang menerapkannya dalam gaya bermain?

Minim Kebobolan dan Menguras Tenaga

Kuat dalam bertahan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam permainan sepakbola. Khususnya di era sepakbola modern. Banyaknya variasi serangan yang berkembang dalam sistem permainan sepakbola serta munculnya banyak pemain agresif dan lincah seperi Kylian Mbappe, Dress Martens, Eden Hazard, Vinicius Junior, hingga Lionel Messi membuat  banyak pelatih di dunia menginginkan gaya bertahan yang solid. Maka dari itu, muncullah istilah parkir bus. Dengan menumpuk banyak pemain di daerah bertahan terutama saat tim sedang unggul, akan membuat lawan menjadi frustasi. Namun, ada hal lain yang perlu diperhatikan jika ingin menerapkan taktik ini yaitu salah satunya faktor stamina. Tentu dibutuhkan pemain yang sigap dan cekatan dalam bertahan. Sang pemain harus selalu bertahan dan siap ketika mendapatkan serangan. Salah satu club yang terkenal menerapkan taktik bertahan ini adalah Atletico Madrid, dan salah seorang pelatih yang mempopulerkannya adalah Jose Mourinho kala masih membesut Chelsea.

Membosankan dan Kurang Enak Ditonton

Tentu sebagai pecinta sepakbola, kita menginginkan kualitas permainan yang enak dan nyaman saat ditonton. Jual beli serangan, suguhan banyak gol, dan aksi-aksi memukau tentu menjadi salah satu faktor yang senantiasa dibutuhkan. Akan tetapi, kita tak akan mendapatkan sajian tersebut kala beberapa klub memilih menerapkan gaya bermain negative football. Permainan akan cenderung pasif dan nonreaktif. Pemain akan lebih banyak menunggu bola dan hanya bersiap di setengah lapangan sambil menjaga jarak antar lini agar tak terlalu jauh. Dengan taktik seperti ini, sebuah tim hanya akan menyerang kala tim musuh melakukan kesalahan agar dapat dilakukan skema serangan balik (counter attack). Akibatnyta, gaya  permainan ini tak jarang menghasilkan tontonan yang membosankan dan tak menarik. Seperti laga perempat final Liga Champions musim 2011/2012 kala Barcelona berhadapan dengan Chelsea di Camp Nou.

Kontroversial dan Rawan Kritik

(https://www.bola.net/champions/inter-milan-vs-barcelona-dan-memori-indah-2009-10-silam-bb4f56.html)
(https://www.bola.net/champions/inter-milan-vs-barcelona-dan-memori-indah-2009-10-silam-bb4f56.html)

Mau bagaimanapun sepakbola memang tempatnya menyajikan banyak kejutan terutama skema atau taktik yang dipertunjukkan. Terlepas dari kontroversials serta kritik dan hujatan yang terkadang hadir dari para penonton. Tim yang telah menerapkan gaya permainan negative football telah menunjukkan kemampuan dan kualitas mereka di depan orang banyak. Salah satu contoh adalah ketika laga babak Semifinal Liga Champions Eropa tersaji di musim 2009/2010 antara Barcelona melawan Inter Milan. Inter yang telah unggul 3-1 di leg pertama hanya membutuhkan hasil imbang atau kalah tak lebih dari satu gol ketika harus menjalani laga leg kedua di kandang Barcelona. Jose Mourinho yang berugas sebagai pelatih Inter Milan saat itu, hanya mengintruksikan anak asuhnhya bertahan selama 90' menit agar Barcelona tak mampu mengejar ketertinggalan. Hasilnya tepat, Barcelona yang mampu menguasai jalannya pertandingan dengan penguasaan bola mencapai 86% berbanding hanya 14% milik Inter justru tak mampu membobol gawang Inter yang dikawal Julio Cesar. Mampu melepaskan 20 tembakan ke gawang dengan 4 di antaranya tepat sasaran tak cukup untuk memenangkan laga. Satu gol Barcelona hadir melalui gol tunggal Gerard Pique pada menit 84'. Sementara Inter hanya melepaskan satu tembakan ke arah gawang. Menariknya, Inter mendominasi dalam hal pelanggaran dengan mengoleksi 5 kartu kuning dan 1 kartu merah yang dihadiahkan wasit kepada Thiago Motta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun