Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Konselor Sebaya, Relevankah dengan Situasi Saat Ini?

30 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 30 Agustus 2022   08:08 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri, kegiatan sapa pagi di kelas VII-7 SMP Negeri 4 Samarinda)

Situasi Pendidikan di Indonesia saat ini sungguh pelik, hal tersebut bukan tanpa alasan. Ingatkah anda dengan berita yang terbit dari Detik.com dengan judul "Bacok 4 Orang di Sleman, 10 Remaja Pelajar Diamankan Polisi". Kejadian yang terjadi pada 21 Juni 2022 lalu ini hanyalah salah satu dari banyak kasus kriminalitas yang disebabkan oleh remaja usia pelajar di Indonesia. Tak berhenti sampai di situ, kenakalan remaja yang paling memilukan kala seorang anak usia SD mengalami pembullyan dari teman-temannya. Kasus yang terjadi di Tasikmalaya tersebut mendadak viral setelah salah satu unggahan di Media Sosial memperlihatkan sang anak yang menjadi korban dipaksa untuk menyetubuhi seekor kucing. Korban yang mengalami depresi pada akhirnya harus menemui ajalnya dan meninggal dunia pasca kejadian tersebut. Maraknya kenakalan remaja yang terjadi akhir-akhir ini menjadi sebuah ironi dan dilema bagi institusi pendidikan khususnya sekolah. Merebaknya konten-konten dewasa yang kian  masif, tayangan-tayangan vulgar di beberapa aplikasi media sosial yang dengan mudah dapat disaksikan semua orang, perbuatan kriminalitas, konten perundungan, hingga tayangan-tayangan kekerasan menjadi konsumsi sehari-hari anak-anak dan remaja usia pelajar di Indonesia saat ini. Kekhawatiran pun kian muncul setelah Artikel yang diunggah oleh FKKMK-UGM tahun 2016 menyatakan bahwa UNICEF memperkirakan angka kekerasan pada sesama remaja mencapai 50%. Sedangkan data 2017 yang dilrilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat 3,8% pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya. 

Dari data tersebut kita cukup mengetahui bahwa situasi kenakalan remaja usia pelajar yang terjadi di Indonesia memang bukan kasus lama. Minimnya cakupan data terhadap kekerasan serta tindak kejahatan yang terjadi di lingkungan remaja menyebabkan kita selaku masyarakat awam beserta pemangku kepentingan terkesan abai.

Di lingkungan sekolah misalnya, kita tentu mendapati dengan mudah anak-anak usia sekolah yang terbiasa merokok usai jam pelajaran di sekolah selesail. Biasanya mereka yang terbiasa merokok akan dengan sengaja tak langsung pulang ke rumah, namun biasa bertemu dengan teman-teman seusianya.  

Kenakalan lain yang ditemukan yakni perundungan atau bullying dan biasanya banyak terjadi di sekolah dan melibatkan remaja usia pelajar. Berbagai faktor menjadi banyak penyebab mengapa peristiwa bullying itu dapat dialami seseorang. Dimulai dari faktor internal yang meliputi karakteristik kepribadian, kekerasan pada masa lalu, dan sikap orang tua yang memanjakan anak sehingga tidak membentuk kepribadian anak yang mandiri dan matang. Sementara yang berasal dari faktor eksternal biasanya dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya (Hoover dalam Simbolon, 2012)

(https://irmadevita.com/)
(https://irmadevita.com/)

Dengan maraknya kasus kenakalan remaja yang terjadi saat ini khususnya di lingkungan sekolah, kita tentu menginginkan adanya perhatian dan penanganan serius dari pihak terkait dalam hal ini sekolah. Tentu selain peran kepala sekolah, pemangku kebijakan terkait, guru dan BK ada peran pihak lain yang diharapkan. Hal tersebut tak lain adalah peserta didik itu sendiri. 

Maka dari itu, perlu diadakan sosialisasi yang berkaitan dengan konselor sebaya. Para peserta didik yang mengikuti program pelatihan tersebut diharapkan dapat menjadi konselor bagi teman sebayanya. 

Memberikan pemahaman maksimal dari pihak guru dan BK termasuk dari pihak pusat pelayanan kesehatan setempat dalam mengoptimalkan peran konselor antar sebaya agar kenakalan remaja dapat diminimalisasi. 

Kegiatan konselor sebaya adala untuk membentuk kelompok konselor sebaya untuk membantu menyosialisasikan peran dan fungsi bimbingan konseling, meningkatkan kompetensi diri (pribadi yang positif) agar mampu menjadi konselor, membantu memecahkan permasalahan teman sebaya melalui kegiatan konseling.

Lalu apa manfaat yang dapat diperoleh pihak sekolah dan peserta didik dari diadakannya program konselor sebaya di sekolah?

Peningkatan Kerjasama dan Kolaborasi antar Guru dan Peserta didik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun