Tentu ini alasan yang sebenarnya masuk akal jika digali secara komprehensif tentang latar belakangnya. Jika melihat tentang realitas yang terjadi saat ini, banyak orang tua khsusunya di Indonesia saja yang masih khawatir akan masa depan anaknya yang terlanjur berkecimpung dalam dunia olahraga khususnya sepakbola.Â
Masih memberatkan pada sisi pendidikan, khawatir akan masa depan anaknya yang hanya seorang pemain bola, dan masih banyak lagi. Kekhawatiran yang terjadi tersebut, justru berakibat pada kurang terfasilitasinya minat anak untuk dapat mengembangkan minat dan kecintaannya pada sepakbola.
Sehingga kesempatan untuk berlatih, meningkatkan kualitas permainan secara individu, serta kualitas fisik yang tak menunjang akibat anak terlalu diforsir untuk bersekolah ketimbang memberikan anak kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan bermain sepakbolanya.
Itulah mengapa banyak pemain-pemain asal benua Asia yang nasibnya hanya gacor di benua sendiri. Jika melihat benua Afrika saja, anak-anak yang memang sudah telanjur cinta dengan sepakbola di sana akan langsung dibina dan dilatih oleh pemandu bakat di sana.Â
Nama-nama pemain macam Sadio Mane, Kalidou Coulibally, Didier Drogba, hingga Nabi Keita telah mampu menunjukkan kualitas hebatnya untuk bisa menjadi pemain hebat top eropa.Â
Berbeda dengan Benua Asia, tentu kita tak asing dengan nama-nama macam Son Heung Min yang berhasil menjadi pemain asia kedua yang mampu menembus final Liga Champions pada tahun 2019, serta tercatat pula sebagai pemain asia pertama yang berhasil menjadi top skor Liga Inggris di musim 2021-2022 lalu.Â
Akan tetapi, kita tak bisa hanya berpatokan hanya pada satu nama, pemain-pemain asia lainnya juga harus memiliki kesempatan yang serupa dengan Son. Maka dari itu, perlunya pembinaan pemain usia dini sangat diharapkan agar kualitas pemain asia di masa depan dapat dikenal luas oleh dunia.
2. Minimnya Investasi dan kurang sayangnya Investor pada negara sendiri
Tentu anda mengenal dan familiar dengan sosok yang bernama Syech Mansour atau Nasser Al-Khelaifi yang berhasil membangun reputasi luar biasa dengan mengakuisisi kepemilikan klub top asal benua biru yakni Manchester City dan PSG hingga berhasil menjadikan klub-klub tersebut menjadi klub raksasa dengan segudang pemain berkualitas dan trofi.Â
Padahal jika kita melihat dari latar belakang atau alasan mengapa para investor kaya dari benua asia tersebut rela menggelontorkan banyak uangnya hanya untuk memajukan kualitas klub asal Benua Eropa tersebut.
Alasannya terletak pada reputasi mereka dan kebijakan investasi yang justru tak dibangun di negara sendiri. Di Liga China misalnya, hantaman badai Covid-19 beberapa tahun terakhir telah memaksa menurunnya pendapatan baik dari ranah pendapatan tiket masuk hingga keuntungan hak siar yang didapatkan dari sponsor.Â