Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menghadapi Padatnya Jadwal Kompetisi Eropa, Mengapa Napoli Masih Compang-Camping?

7 Agustus 2022   11:00 Diperbarui: 7 Agustus 2022   11:12 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian dari kita atau bahkan sebagian besar tentu mengenal legenda sepakbola asal Argentina yakni Diego Armando Maradona. Pemain yang terkenal dan viral ketika sempat dikenal dan dijuluki dengan sebutan "tangan Tuhan".

Ketika kita mencoba kilas balik ke tahun 1986 kala Argentina bersua dengan Inggris pada gelaran Piala Dunia yang berlangsung di Estadio Azteca, Mexico City. 

Gol ke gawang Timnas Inggris yang terjadi pada menit 51' tersebut menjadi gol krusial yang meloloskan Argentina ke babak semifinal hingga akhirnya menjadi juara setelah Maradona dan kawan-kawan berhasil mengalahkan Jerman Barat dengan skor 3-2 dan sukses menjuarai gelaran Piala Dunia 1986.

 Pasca kejadian kelam tersebut, walau Maradona begitu dibenci oleh mayoritas warga Inggris pada saat itu ia tetap dikenal legenda oleh masyarakat Argentina. Tak hanya itu, nama Maradona kian melambung ketika ia berseragam klub raksasa asal Italia yakni Napoli. 

Kedigdayaan Napoli di masa Maradona pun kian jelas saat Napoli berhasil merajai sepakbola Italia dengan sukses menjuarai gelaran Liga Italia pada tahun 1986-1987 dan 1989-1990. Bahkan tambahan gelar Copa Italia pada tahun 1986-1987 serta piala UEFA pada tahun 1988-1989 menjadikan Napoli era Maradona dikenal sebagai yang terbaik sepanjang sejarah. 

Pasca berakhirnya era keemasan Napoli di era Maradona, Napoli pun seakan meredup namanya tak lagi tersohor karena prestasi yang didapat melainkan dikenal oleh para fans sepakbola di dunia sebagai tim elit yang hanya sekedar meramaikan perebutan gelar juara Liga Italia. 

Selain itu, prestasi mereka di pentas eropa juga biasa-biasa saja. Statistik beberapa musim sebelumnya pun membuktikan jika Napoli selalu berada di bawah bayang-bayang tim-tim langganan juara Serie-A seperti AC Milan, Juventus, dan Inter Milan. 

Musim lalu saja, anak asuh Luciano Spaletti bertengger di peringkat 3 klasemen akhir Liga Italia setelah meraih 24 kali kemenangan, 7 hasil imbang, dan menelan 7 kali kekalahan. Melesakkan 79 gol dan kebobolan 31 gol sepanjang musim Liga Italia membuat mereka meraih 79 poin total dan tertinggal 7 poin dari sang jawara Serie A yakni AC Milan, dan terpaut 5 poin di bawah Inter Milan yang menjadi runner up.

Jika melihat performa Napoli musim lalu, seharusnya Azzurri musim ini hanya perlu menambal skuad dengan mendatangkan pemain-pemain potensial yang sudah siap menjalani ketatnya persaingan Liga Italia. Alih-alih menambah kekuatan, mereka justru kehilangan beberapa pemain inti musim ini sebut saja Lorenzo Insigne, Kalidou Koulibaly, David Ospina, Arkadiuz Milk, Faouzi Ghoulam, hingga Dries Martens. 

Dengan kepergian para pemain pilar tersebut, bagaimanakah nasib Napoli untuk mengarungi musim depan? Sudah sejauh mana pergerakan mereka pada bursa transfer musim panas ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun