Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencoba Hidup Merdeka di Kota Perantauan ala Mahasiswa Pedesaan

5 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 5 Agustus 2022   08:04 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan sedikit pengalaman dari banyak peristiwa yang menjadi bagian dari apa yang disebut dengan kenangan berharga. Menjadi seorang generasi perantauan yang memulai karir sebagai seorang mahasiswa mencoba membawa harapan yang tertanam erat dalam hati serta melekat dengan erat di pundak. 

Tinggal di wilayah perkotaan bagi anak pedesaan yang memutuskan untuk menjalani pendidikan mungkin hal yang lumrah dan wajar selama ini. Kita yang terbiasa hidup sederhana, menikmati suasana kampung yang sejuk, udara pagi yang menyehatkan, warga kampung atau pedesaan yang ramah dan tak pernah melupakan asas gotong royong dalam mengerjakan sesuatu, serta kebersamaan yang dirasakan setiap harinya akan berubah dengan sendirinya. 

Mulai dari membiasakan hidup dengan pola berhemat, berusaha mencukupi kebutuhan pribadi dengan apa yang dikirimkan oleh orang tua di kampung, mencoba belajar memanajemen uang kiriman, mendahulukan kebutuhan prioritas, bahkan sampai rela meluangkan waktu berkumpul dengan teman-teman di tempat tongkrongan demi bisa bekerja serabutan agar bisa mencukupi kehidupan sehari -hari menjadi hal yang wajib dilakukan oleh mereka yang berasal dari wilayah pedesaan. 

Lalu apa yang harus dilakukan seorang mahasiswa pedesaan jika ingin mencoba hidup layak namun tetap sewajarnya? Banyak hal yang bisa dilakukan agar dapat bertahan hidup di wilayah perkotaan, mencoba berhemat mungkin hanya salah satunya namun ada banyak hal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Mulai mengatur keuangan secara bijak

Kita yang hidup dari kiriman orang tua atau bahkan yang berjuang melalui beasiswa kurang mampu, agaknya mulai berpikir untuk belajar memanajemen uang dengan bijak. Membeli barang prioritas seperti bahan pokok, keperluann mandi, hingga mengutamakan uang bahan bakar kendaraan adalah salah satu cara agar dapat memanajemen uang dengan baik. Jika sudah terbiasa, anda akan mampu menjadi mahasiswa yang dapat hidup sesuai dengan gaya hidup sederhana namun tak menyiksa saat gempuran kemewahan, nafsu, dan gengsi melanda perkotaan. 

2. Prinsip Satu Barang Satu Bulan

Anda yang terbiasa dengan barang-barang baru agaknya dapat menerapkan prinsip ini. Kita tak harus membeli barang yang memang kita inginkan melainkan tetap dapat memiliki  barang baru sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, ketika uang bulanan telah dikirimkan, kita dapat menyisihkan untuk membeli barang yang kita inginkan sebanyak satu buah. Misalnya ketika bulan ini kita ingin membeli ssebuah tas, maka kita bisa menunggu bulan berikutnya untuk membeli satu barang baru berikutnya semisal sepatu. Dengan demikian, anda yang hobi memiliki baang baru, tak  akan bosan menggunakan barang yang sama.

3. Menabung

Menabung mungkin dapat menjad alternatif bagi kita yang bertahan di kota. Misalnya ketika kita mendapatkan kiriman sebesar Rp 1500.000 dari orang tua di kampung, kita dapat menyisihkan pembayaran uang kos sebesar 500 ribu misalnya, menyisihkan sebesar 400 ribu berbelanja bahan kebutuhan pokok, menyisihkan 100 ribu untuk biaya bahan bakar kendaraan, Rp 200.000 bisa digunakan sebagai uang jajan, dan sisanya bisa digunakan untuk menabung atau menyisihkan agar dapat menghandel jika suatu saat terjadi pengeluaran tak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun