Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Bahaya Merokok bagi Remaja Usia Sekolah, Mengapa Kerap Terjadi Pembiaran?

1 Agustus 2022   08:10 Diperbarui: 1 Agustus 2022   08:24 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://infobekasi.co.id/)

Apa yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini memang kian hari kian runyam, berbagai permasalahan yang muncul menyertai tumbuh dan berkembangnya pula sistem pendidikan di Indonesia. 

Permasalahan-permasalahan yang kerap muncul seperti isu kesejahteraan guru, penerapan kurikulum yang tumpang tindih dengan kebijakan yang berlaku, hingga masalah kenakalan remaja yang sejak bertahun-tahun kian tak terselesaikan bahkan sekarang di era serba digital, masalah kenakalan remaja seakan telah bermutasi menjadi masalah yang lebih kompleks. 

Beberapa masalah kenakalan remaja usia sekolah yang kerap terjadi di antaranya perkelahian, bullying/perundungan, minum-minuman oplosan, hingga merokok.

Salah satu kenakalan remaja usia sekolah yakni merokok. Fenomena ini bukanlah permasalahan yang baru terjadi di dunia pendidikan. Kebiasaan merokok merupakan sa;ah satu perilaku negatif yang telah terjadi di berbagai jenjang usia pendidikan baik SMA, SMP, bahkan anak-anak usia SD pun tak luput dari perilaku merokok tersebut.

Jika Membahas secara ruang lingkup yang lebih luas, Indonesia merupakan salah satu negara yang tercatat sebagai negara dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia. Padahal, jika melihat dari dampak ayang ditimbulkan terutama bagi kesehatan justru menjadi suatu ironi. 

Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2021 merilis hasil survei berkenaan dengan penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobaco Survei-GATS) dengan melibatkan 9.156 responden. Hasil survei GATS juga menyatakan bahwa terdapat kenaikan perokok elektronik hingga 10 kali lipat, dari 0,3% tahun 2011 menjadi 3% pada tahun 2021. Sementara itu, jumlah perokok pasif juga ternyatat naik menjadi 120 juta orang.

Data serupa juga dirilis oleh Databoks pada tahun 2020 yang menyatakan bahwa data perokok berumur 15-19 tahun sempat meningkat pada tahun 2020. Ada 10,61% penduduk umur 15-19 tahun yang merokok pada 2020, naik dari 10,54% pada 2019. Mayoritas perokok di Indonesia pertama kalinya berusia 15-19 tahun. 

Dari pemaparan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah perokok di Indonesia didominasi oleh para perokok berusia 15-19 tahun. Selain itu, hasil survei juga menyatakan bahwa perokok elektronik juga mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2021. 

Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia bahwa korban kematian akibat dari perilaku merokok menembus angka di kisaran 225.700 jiwa setiap tahunnya. 

Kebiasaan-kebiasaan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit kronis pada usia produktif dan meningkatkan mordibilitas serta kematian prematur yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun