Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sampai Sejauh Mana Kesejahteraan Anak Indonesia Hari Ini?

27 Juli 2022   18:43 Diperbarui: 3 Agustus 2022   17:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(identitasunhas.com)

Menyoal tentang pendidikan memang tak ada habisnya. Khususnya di negara Indonesia saja, tidak sepenuhnya salah jika kita berasumsi bahwa tiga dari total sepuluh anak Indonesia belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. Bukan tanpa alasan, pasalnya jika kita melihat sejenak dari data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022, sebesar 75.303 orang anak Indonesia mengalami putus sekolah pada sepanjang tahun 2021. 

Jumlah anak yang putus sekolah bervariasi, mulai dari di tingkat sekolah dasar (SD), sebanyak 38.716 orang, pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 15.042 orang, serta pada jenjang sekolah menengah atas maupun kejuruan (SMA/SMK) sebanyak 22.085 orang anak.

Berdasarkan data tersebut, jelas menjadi sebuah ironi bahwa di tengah geliat pembangunan infrastruktur yang kian masif oleh negara, masyarakat justru tak mampu menikmati pendidikan yang berkualitas dan layak. Mereka justru tak memiliki kesempatan untuk dapat bersekolah dan mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki agar dapat menata masa depan yang lebih baik ke depannya.

Jika kita mengamati secara realiatas pada kehidupan sehari-hari , kita akan sering melihat banyak anak yang harus merelakan masa produktifnya di usia belasan tahun bahkan pada usia kanak-kanak sekalipun untuk tak dapat menikmati pendidikan sebagaimana mestinya. 

Saya selaku penulis pun sering melihat anak-anak yang di waktu pagi hari justru ketika jam sekolah justru berjualan di pinggir jalan, di dekat tempat pengisian bahan bakar umum (SPBU), mengenakan pakaian/kostum tertentu semisal karakter kartun guna  berdiri di pinggir jalan agar mendapat sejumlah bayaran dari pengunjung suatu pusat perbelanjaan dan para pengendara di  jalan raya, serta sebagian anak ada yang berjualan koran di sekitaran lampu merah. 

Tentu hal tersebut menjadi perhatian utama bagi seluruh pihak terutama pemerintah, dinas terkait, sekolah, serta masyarakat agar bahu-membahu mengeluarkan kebijakan untuk memberikan akses kepada anak-anak yang putus sekolah.

Lalu apa yang sebenarnya menyebabkan anak-anak di Indonesia masih mengalami masalah putus sekolah dan justru tak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan dengan layak sesuai dengan apa yang diharapkan? 

1. Ekonomi

Faktor tersebut mungkin dapat dikatakan sebagai salah satu alasan utama mengapa anak-anak Indonesia masih ada yang belum mendapatkan kesempatan menikmati pendidikan yang layak. Hal tersebut sering disebabkan oleh pendapatan orang tua yang tak mencukupi kebutuhan anak agar dapat bersekolah. 

Sulitnya mencari pekerjaan, PHK terjadi di mana-mana terutama pada kurusn waktu dua tahun terakhir di masa -pandemi, serta ditambah lagi dengan masalah kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari justru semakin memperkeruh keadaan kehidupan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun