Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Seberapa Buruk Dampak Ketergantungan Anak Usia SMP terhadap Aplikasi Tiktok?

22 Juli 2022   07:50 Diperbarui: 22 Juli 2022   09:00 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/banyak-anak-anak-punya-akun-tiktok-amankah-200218s.html)

Di era yang serba digital saat ini, seluruh masyarakat senantiasa dituntut untuk lekas dan "gercep" menyesuaikan diri terhadap segala hal yang berkaitan dengan teknologi. Mulai dari usia dewasa, remaja, hingga anak-anak sekalipun semua sudah terbiasa akrab dengan apa yang dinamakan teknologi. Berbagai aktivitas sehari-hari macam bekerja di kantor, mengajar di sekolah, belajar, transaksi dagang, pemesanan tiket, pelayanan publik, pesan barang dan jasa, hingga keperluan meminjam uang serta sekedar mencari hiburan pun kini didominasi melalui layanan digital. 

Hal tersebut sejalan dengan realita yang kita hadapi saat ini, tersedianya ragam aplikasi online yang digunakan untuk menjalankan berbagai aktivtas sehari-hari justru semakin memudahkan namun terkadang juga mendatangkan beragam dampak dan rekam jejak masalah yang cukup serius. 

Berdasarkan data yang dihimpun dari DataReportal pada tahun 2022, mereka mengungkapkan bahwa jumlah perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia telah mencapai angka 370,1 juta pada Januari 2022, meningkat 13 juta atau 3,6 persen dari periode yang sama di tahun 2021. 

Dari data tersebut dapat kita pahami bahwa, jumlah perangkat seluler yang terhubung di Indonesia justru melebihi jumlah dari masyarakat Indonesia itu sendiri yakni kisaran 277,7 juta jiwa pada Januari 2022. Artinya 1 orang dari 10 orang Indonesia memiliki lebih dari 1 perangkat gawai yang digunakan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan, tak hanya para orang dewasa yang menggunakan hp lebih dari satu perangkat. Anak-anak usia sekolah pun juga terbiasa menggunakan gadget lebih dari satu perangkat. Ragam kegiatan sehari-hari yang dilakukan anak-anak usia sekolah SMP mulai dari belajar, bermain video game, mencari referensi di internet, hingga menyaksikan tayangan hiburan seperti menggunakan aplikasi tiktok. 

Saat ini tren "tren rebahan sambil scroll tiktok" menjadi sebuah rutinitas yang familiar dilakukan oleh anak-anak usia SMP atau bahkan remaja. Berbagai konten pun dinikmati, mulai dari konten tentang musik, kehidupan, video game, hingga sajian konten-konten yang mengandung kata-kata sarkas atau kasar.

Data dari ByteDance menunjukkan bahwa TikTok memiliki 92,07 juta pengguna berusia 18 tahun ke atas di Indonesia tercatat pada awal tahun 2022. Akan tetapi walau data menyebutkan batas pengguna aplikasi TikTok harus berusia minimal 18 tahun, namun pada kenyataannya pengguna platform TikTok justru ada yang berusia di bawah 18 tahun. Hal tersebut disebabkan adanya pemalsuan dan rekayasa data serta penggunaan akun palsu maka dari itu sajian-sajian yang cenderung negatif dari aplikasi TikTok malah banyak dinikmati sebagian dari kalangan anak-anak berusia SMP atau remaja.

Hal itulah yang banyak memengaruhi anak-anak yang menikmati segala tontonan yang ada dalam aplikasi TikTok. Berbagai dampak yang dirasakan oleh anak-anak akibat terbiasa mengonsumsi tayangan TikTok tanpa adanya pengawasan dari orang tua antara lain sebagai berikut.

Kurangnya adab terhadap orang tua

Walau tak semua anak mengalami dampak seperti ini namun dalam kenyataannya khususnya di lingkungan sekolah, kita selaku guru atau orang tua tentu mengetahui dan sering mendapati bahwa perilaku anak mulai dari sikap dan tutur kata kerap berlebihan dan justru tak menunjukkan rasa hormat dan santun saat bertemu dengan orang yang lebih tua. 

Tayangan-tayangan atau konten TikTok muncul di beranda kini tak hanya menampilkan hal-hal yang berbau hiburan semata melainkan telah menampilkan adegan-adegan atau tayangan yang cenderung negatif seperti kekerasan, perilaku menyimpang seperti berkata kasar kepada orang tua (toxic verbal) dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku negatif dari contoh tayangan tersebutlah yang sebagian besar banyak ditiru anak-anak usia sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

Minimnya komunikasi dengan orang tua dan lingkungan sosialnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun