Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Kesejahteraan Masyarakat Papua Kerap Dipertanyakan?

19 Juli 2022   07:00 Diperbarui: 19 Juli 2022   07:45 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa Gunanya bonus demografi di suatu negara jika tak diikuiti dengan peningkatan kualitas yang baik"?, Ungkapan tersebut mungkin tak hanya sekedar ucapan dari seorang presenter berita atau pengisi suara di suatu acara berita televisi swasta, melainkan sarat akan sindiran terhadap suatu negara khususnya pemangku kebijakan yang kerap mengeluarkan kebijakan mengandung pro dan kontra berkaitan dengan bidang pendidikan.

Jika mengacu pada data hasil sensus penduduk tahun 2020 mencatat bahwa sekitar 70% jumlah penduduk Indonesia adalah berusia produktif. Akan tetapi, hal tersebut berbandin terbalik dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada November tahun 2021 yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih didominasi dengan masyarakat berpendidikan rendah.

Tentu berangkat dari hasil riset tersebut, ada beberapa hal yang menjadi perhatian para pemangku kebijakan agar masalah pendidikan di Indonesia dapat teratasi satu demi satu. Mulai dari kesejahteraan guru, kualitas kurikulum, intervensi pemerintah dalam hal memfasilitasi dan mengakomodasi kepentingan guru untuk dapat meningkatkan kompetensi, hingga keselarasan antara pemenuhan kebutuhan insfrastruktur macam internet, komputer, dan lainnya dengan kualitas sumber daya manusia. Selama ini permasalahan pendidikan di Indonesia tak hanya berkutat dengan kualitas dari sisi guru dan juga sarana melainkan juga dari peserta didik itu sendiri. 

Hal tersebut dapat kita buktikan melalui hasil tes yang diselenggarakan PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2018 yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-79 sebagai negara dengan  tingkat literasi, numerasi, dan sains terendah dari negara peserta tes PISA/OECD lainnya. Hal tersebut menjadi perhatian bersama mengingat bahwa tujuan pendidikan sejatinya ingin mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. 

Melihat dari kualitas pendidikan yang ada di Indonesia tentu kita sama-sama mengetahui bahwa karakteristiknya cenderung variatif dan berbeda antara satu dengan yang lain.  Tentu kita dengan mudah akan  menemukan sekolah dengan gedung-gedung mewah menjulang tinggi serta dilengkapi dengan fasilits penunjang macam wifi, jaringan internet yang super stabil, hingga komputer dengan spesifikasi mewah yang terdapat di dalam ruangan ITnya. 

Ditambah lagi, kita juga akan mendapati ratusan bahkan ribuan murid yang bersaing untuk dapat bersekolah di sekolah-sekolah perkotaan seperti di Jakarta maupun di beberapa kota besar di pulau Jawa. 

Sementara itu, kita akan menemukan hal yang sama jika berangkat ke Indonesia bagian tengah. Di sana kita akan menemukan sekolah-sekolah baik yang berbasis negeri maupun swasta dengan dilengkapi fasilitas yang tak kalah mewah dengan apa yang ada di pulau Jawa. Sumber internet yang memadai, SDM yang berkualitas, fasilitas IT yang terjamin, hingga kucuran dana yang kerap menjadi pemicu lekas majunya infrastruktur pendidikan di daerah Indonesia bagian tengah. 

Hal di atas tentu berbeda dengan beberapa sekolah yang terdapat di Indonesia bagian Timur. Jika kita dapat membuka mata bersama-sama dalam hal memahami karakteristik pendidikan di sana. Kita akan menemukan banyak masyarakat yang tak mendapatkan akses pendidikan layak di sana. Kurangnya infrastruktur pendidikan, tak standarnya akses sarana penunjang seperti jalan dan jembatan penghubung antar kampung, sarana transportasi yang mahal, akses lokasi yang jauh menuju sekolah, biaya, hingga permasalahan teknologi masih menjadi PR bersama bagi pemerintah. 

(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210323120356-20-620918/setumpuk-kendala-pendidikan-di-papua-yang-dibawa-ke-pusat)
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210323120356-20-620918/setumpuk-kendala-pendidikan-di-papua-yang-dibawa-ke-pusat)

Lalu apa fokus yang perlu dijadikan perhatian bersama bagi pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan terkait agar mampu membenahi pendidikan di provinsi Indonesia bagian timur khususnya di Papua? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun