Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekasih Daun

8 April 2023   14:17 Diperbarui: 8 April 2023   14:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by pixabay.com

Aku berjalan menjelang hijau bukan mentari lagi. Itu semenjak dirimu menjalani keseharian perjalanan kota dan hutan. Sedangkan aku belum pernah sekalipun mendapingimu hingga ke dalam hutan yang hijau pekat menua.
Hutan di dalam sana menolak matahari, sehingga hijaunya kelam, dan aku kurang begitu suka selain atmosfernya yang begitu dingin.

Aku hanya mengikutimu hingga di tapal hutan yang berona tipis, dimana cahaya masih memerah, menggaris kuat dari langit sehingga hijau hutannya menjadi tosca.

Kau tak juga memberiku nama? Kataku.
Mmm.. tidak! Jawab perempuan itu.

Dan aku tidak bertanya lagi selain melepaskan dia melangkah, melewati batas warna matahari dan warna hijau. Aku menatap punggungnya yang lurus saat dia berjalan menembus daun, yang akhirnya menutupi tubuhnya, dan aku melihatnya seperti lukisan warna-warni seorang gadis cantik di pintu hutan yang telah memasuki jalan hari keenam aku mendampingi langkah pulangnya.

Dan kini hari ketujuh aku bangun dengan rasa subuh yang sama, membuka jendela dan mengambil sabun dan mandi, sarapan roti tanpa ragi dan selai arbei sebelum bekerja, membersihkan jalanan kota. 

Matahari kota masih membeku, sedang sisa malam masih melekat, aku melangkah meninggalkan pondok menuju kantor departemen kota. Mulai mengambil perlengkapan dan mulai menyapu pedestrian jalan yang panjang bersama pasukan pagi buta. 

Tak banyak sampah bercecer kerna kota selalu resik, hanya dedaunan musim gugur yang berbaring rata di konblok jalan kota. Kami menyapu daun-daun yang masih jatuh satu-satu, tak ada yang menatap ke atas kecuali merunduk. 

Kami memang bagai daun yang selalu rebah ke bawah, ke lapisan tebal menjadi daun tanah warna karmizi. Mengumpulkannya dan menaikkannya ke atas truk pembuang yang berhenti dengan engine berbunyi seperti lagu sama.

Akhirnya mata-mata lampu kota mulai terhenti, artinya mentari akan mengusir cahaya kimia buatan, dengan sinar surya, sedang gawean kami tinggal finishing kerna gurat matahari sudah menyapa.

Pas pukul 30 derajat semua kerja selesai sementara pedestrian dan jalanan kota terlihat kinclong saat orang-orang mulai melintas mendulang kerja hari-hari. Aku duduk beristirahat menghapus basah keringat sambil menikmati alas jalanan yang resik. Meski daun masih jatuh satu-satu tak henti, itu hanya menambah kenikmatan bahwa  kali ini daun-daun turun dengan lengangnya, tak lagi bersesakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun