Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasangan Hidup

3 Februari 2023   17:29 Diperbarui: 3 Februari 2023   17:31 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

 Aku tak tau lagi waktu, tapi orang-orang yang barusan berdatangan berangsur surut. Aku tau kamu masih berdiri di dekatku, wajah tampanmu tampak sayu terlihat tidak seperti biasanya, tapi apakah aku yakin? Paras tampanmu selalu saja membuatku cemburu dan selalu menciptakan overthinking di kepalaku. 

Sementara aku masih berpikir tentang kucing liar itu, aku yakin dia pasti ada di sekitar sini, paling enggak dia berada di sudut yang sedikit terkamuflase. Aku mengerti mahluk kucing itu hipokrit, bertampang lembut lalu mencuri. Pasti dia ada sekitar sini, tapi kondisiku tidak mengijinkan untuk mencarinya ke segala sudut, selain aku gengsi. Sungguh aku tidak sudi!

Dan aku masih bisa melihatmu dari tempatku, untuk menguliti ke bekuan parasmu di mukaku. 

Mengakulah sayang! Pasti kucing perempuan itu ada di sekitar rumah ini, paling enggak dia datang berdampingan denganmu lalu memecah ketika langkah kalian tiba di rumah ini sendiri-sendiri.  Aku sudah mengerti tabiatmu bertahun kok, kamu terlalu kuat untuk tidak bisa berbohong, kamu itu canggungan! Gerutuku.

Aku menunggu saja sembari menikmati wajah gantengmu penuh kontradiksi, meski ketika tadi kamu pertama tiba, wajah kamu begitu sedih dan kamu meletakkan kepalamu ke dadaku. Dan kamu tahu? Hanya itu yang membuat  kalbuku mendingin dan mau berjalan lurus kembali. 

Aku sendiri tidak mendengar bahwa bibir lelakimu itu bergumam sedikit di atas kupingku, kerna barisan kaki-kaki orang yang bergesekan dengan lantai mengganggu gelombang suaramu yang lembut. Ingin rsanya aku menyambut lengan kekarmu dan mengucapkan berkali bahwa aku mencintaimu. Tapi keburu hatiku bergemuruh ketika kembali berpikiran soal perempuan itu.
Pasti kamu datang berdua dengan kucing itu! Pasti!

Aku sendiri hanya mematung menatapi langit-langit ketika badan atletismu berpaling dan mengambil kursi yang tak jauh dari tempatku, tapi sejarak itu aku masih berusaha sekali dua menoleh guna mengamati gerak-gerikmu. 

Kamu juga pasti ngerti, aku tak mau tanpa ku sadar kucing liar itu tiba-tiba sudah ada di sampingmu tanpa terdeteksi. Dan aku masih merasa aman sepanjang kamu masih duduk manis mematung di sekitarku, hatiku merasa lega.

Beberapa jam pun terlewat, kau masih terlihat tepekur disana, beberapa kerabat aku lihat menyalamimu dan kamu dengan hormat menyambut semua rasa simpati dengan gentle, dan itulah yang aku suka dari kamu, kamu begitu humble kepada setiap orang. Tapi keramahanmu kadang digunakan oleh personal yang tidak bertanggung jawab atau personal yang menginginkan hasratnya kepadamu.  

Termasuk juga dengan perempuan kucing liar itu, meski aku tidak pernah menanyakannya kepadamu, tetapi rumor yang berkembang dan kesalahan tingkahmu bisa terbaca olehku. 

Aku gemas dengan sikapmu terhadap cewek-cewek yang berusaha mendekati kamu dan pasti saja satu kali ada saja seseorang yang bisa mencuri hatimu. Kau katakan berkali-kali bahwa dia hanya teman perempuan yang lembut pekertinya yang tak mungkin melukai seekor nyamukpun. Katamu dia lah seorang yang mengerti memposisikan diri sebagai teman lelaki yang sudah sudah memiliki kekasih seperti aku. 

Namun fakta rumor di luar mengatakan lain, sementara aku tak berkehendak untuk meladeni segala medsos  dan penjelasan dari kamu yang tak pernah aku minta.

Aku sendiri enggak pernah sudi untuk bertemu dengan perempuan itu, selain aku tidak memiliki urusan dengannya, aku mencoba melihat juga seberapa besar cinta kamu kepadaku dalam proses ini. Tapi ternyata, itu malah meruntuhkan dalam ragaku, ketika aku mesti memendam rasa mendua antara suara cinta dan aroma perselingkuhan. 

Barangkali aku bukan tipe orang yang terbuka dan terus terang, aku lebih suka membiarkan segala hal yang terjadi menemukan keseimbangan kenyataannya. Tapi kali ini kamu dan perempuan itu membuat ku sakit, kerna perempuan satu ini begitu halus beradegan anomali dengan fasih dengan perannya.

Ah! Masih kembali ku kerling ke arah tempat lelakiku itu duduk, dan aku masih mendapatinya anteng di titik itu, namun bersamaan, pandanganku terhalang oleh sekelebat sosok perempuan langsing bergaun hitam melangkah dan berhenti tepat di samping wajahku. 

Serentak aku menengadah dan menatap parasnya yang memang cantik, muda dan segar. Bibir rekahnya terkatup yang kuyakin menahan sebuah senyuman. Leher jenjangnya yang menegak sombong terlihat menurunkan rambut nya bergerai berkilat indah, kedua mata bulatnya yang mempesona, menatap jalan mataku dengan tajam seakan mengatakan padaku untuk menerima takdirku dengan lapang.  

Lalu jemarinya yang berkuku panjang dan berkutek rona warna mengelus tanganku dengan lembut, kontras dengan wajah cantiknya yang seperti menusuk masuk ke bagian terdalam kalbuku. 

Lalu apakah ini kucing liar itu? Aku hampir meyakininya dan seketika meyakini ketika kamu melangkah mendampingi berdiri mepet dengan perempuan itu. 

Kini keempat mata berpasangan itu menatapku dengan sorot yang membikin emosiku campur aduk, namun aku tidak bisa berkata apa-apa dan aku hanya bisa diam terbeku. Beberapa sekon mereka menatapku lanjut, seakan menyimpulkan rasa simpati yang mendalam.

Dan sebelum kamu dan kucing liar itu meninggalkanku, kamu membungkuk mendekat kotak tidurku dan  mengusap jemariku yang dingin dan menggumamkan kata-kata lembut.

Maafkan aku, karena kamu sudah mati!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun