Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membaca Luna

28 Januari 2023   20:13 Diperbarui: 28 Januari 2023   20:14 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Hari mengambang, aku duduk membungkuk di kayu terotoar. Udara di atasku tidak bergerak membuatku minim beringsut. Aku hanya satu, membaca telepon. Atmosfer menawan di sekitarku yang menjadi sehari-hari, telah bergeser ketika aku masuk ke dalam dunia cyber. Benarkah?

Dia sudah meninggal! Pesan kawanku tertera.
Lalu aku tenggelam, menguak kabar di dalam gajet. Tapi kamu tak tertemukan, hanya nama. Aku mengganti set dan tersambung.

Hai Bre!
Hmm.. Jawaban dari sana.
Bagaimana rupa kau tau?
Luna?
Ya..
Sorry, Bro. She's gone..

Aku menelan di tenggorokan. Berikan ku lengkap, Bre! Kataku serak.
Sorry, infonya begitu pendek, nanti ku sambung jika benderang! Jawabnya.
Lalu sambungan serat terputus.

Aku termangu lalu overthinking. Luna, perempuan yang selamanya di kalbu kini pergi sebenar-benarnya.
Tentu banyak yang sudah dilewati selama empatpuluh tahun jenjang silam perempuan itu. Luna kembali memenuhi kepalaku, semula berantakan namun tak lama kemudian serpihan-serpihannya mengurut seperti mosaik. 

Otak tuaku yang sudah melambat kadang menjadi biang kerok, tapi untuk kembali ke Luna? Memori itu punya slot tersendiri meskipun minim, ku tengok kadang dia punya tempat yang khusus di bagian otakku.

Kenanganku terputus ketika jalanan mulai merambahkan keramaian, cukup separuh menghibur hatiku yang runyam.
Bagaimana menjangkau Luna? Perempuan itu tak pernah bisa pudar dari kehidupanku.  

Perempuan yang seperti mahluk yang bersayap yang bertengger di jiwa dan melagukan lagu tanpa kata-kata yang tidak pernah berhenti sama sekali. Sesakit terderapun, bahkan di negeri paling dinginpun  lagu itu masih terdengar. Sampai berpuluh tahun di laut yang paling aneh dia masih saja terngiang. Begitu selalu Luna, jika ingatan tiba ke dalam keningku aku tak bisa menghindar dari kumat. 

Luna memang kekasih sejati, kekasih kekal, meski dia pergi meletakkan cintaku semenjak empatpuluh penuh kalender. Perempuan elok itu pergi begitu saja menyisakan ketidaktahuanku hingga kabar yang pecah hari ini melalui Bre, sahabatku dan juga sahabat Luna. Kami bertiga memang bersobat, hanya Bre datang belakangan ketika Luna sudah menjadi kekasihku.

Aku masih duduk terbungkuk memegangi kotak cell menunggu kabar lanjut dari Bre, hanya dia yang tersambung dengan jejak terakhir Luna, sedang aku tak pernah mencium searomapun jejak cinta Luna bahkan dalam lipatan dekade, hingga ku menua di tepi kota di jalan memanjang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun