Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Keempat

11 Juni 2022   10:08 Diperbarui: 11 Juni 2022   10:12 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by pixabay.com

"Kau akan mati jika aku membuka cintaku!," Rein berkata kepada lelaki itu. Rambutnya disibakkan perlahan, rambut lurus itu berderai seperti air mengalun. Lelaki itu memandang lurus ke pedestrian seakan menelusuri arti alam beserta perempuan di sampingnya. Mereka sudah separuh jam duduk di bangku taman, sampai tiba ke dalam pembicaraan ini.

"Itu superstition," gumam lelaki satu ini.
Rein tersenyum, tapi tidak penuh meski tetap mempesona, senyum yang selalu patah di tepinya, senyum yang tak lagi pernah berobah semenjak dia mencap dirinya menjalani takdir supranatural.

"Namun aku tetap mencintaimu, apakah kau mencintaiku?" Sambung bibir lelaki itu.
"Tidak! Aku tidak mencintaimu, Gui! Dan tidak selamanya untuk lelaki manapun!," Rein bersuara tegas.
"Kau sudah menutup pintu begitu rapat.'"
"Tidak Gui, aku menutup kematian!."

Gui mengambil tangan Rein dan memegang  lembut jemarinya, matanya memandang perempuan yang membuatnya tak teralihkan semenjak hampir sembilan bulan ini dia menyatakan cintanya, dan bahkan imaji kuatnya mempersunting Rein masuk ke dalam suatu kehidupan baru.

Sedang Rein, perempuan kurus itu masih terpaku di bangku silamnya yang terus dibawanya sebagai kepastian hidup selanjutnya, meskipun dia tahu itu pahit namun bukankah kehidupan itu memang sudah pahit?

"Aku akan kembali satu bulan di muka. Aku tak akan lelah Rein," kata Gui dengan nada asa.
Rein menatap tajam lelaki di sebelahnya seakan mengatakan pergilah dari sini walaupun dia merasakan hatinya berbeda.
"Kau tidak perlu datang lagi, Gui. Ini tak akan berjalan baik."

Lelaki itu merunduk menatap rumput hijau di kaki bangku, lalu dia beranjak dan melepaskan pegangan tangannya dari tangan perempuan itu.

"Ini akan baik-baik saja Rein. Ini akan baik-baik saja." Kata Gui sembari melangkah pergi meletakkan Rein sendiri di bangku hijau taman yang juga berwarna hijau.

Rein memandang gerak tubuh Gui yang semakin menjauh, yang semakin tampak buram. Dia hanya merasakan ada kaca air di matanya yang memperburuk pandangannya layaknya pengidap rabun senja.

Lalu dia seperti meremind kembali tentang lelaki terakhir ini, yang telah sembilan kali mengutarakan cintanya selama sembilan kali bulan, yang telah mulai merusak keyakinannya, bahwa cinta itu sudah terlarang buatnya, bahwa cinta itu adalah suatu  kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun