Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paket Biru

30 Mei 2022   17:07 Diperbarui: 30 Mei 2022   17:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from pixabay.com

Saya membungkusnya dengan berhati-hati, karena barang ini begitu lembut, saya tak mau jika dia jatuh lalu pecah berantakan, atau berguncang lalu menguap terbang. 

Lapis per lapis saya menyusunnya, dari yang paling dalam saya letakkan kertas busa , lalu lapis kedua kertas krep yang lemas, lapis ketiga adalah lembar plastik yang lentur dan yang keempat saya remaskan serpihan panjang kertas origami beraneka rona. 

Sebagai pelapis terakhir saya membalutnya dengan kertas hitam pekat, dengan maksud agar cahaya tidak bisa menembus, juga suhu hangatnya terjaga. 

Terluar saya menempatkannya ke dalam kotak karton berwarna biru langit. Tak lupa saya merekatnya dengan selotip transparan dan mengencangkannya menggunakan dua utas pita biru langit.

Saya menggambar sisi kotak dengan beberapa awan dan sekuntum bunga menggunakan krayon warna ungu dan biru. terakhir saya mewrappingnya dengan plastik tipis berombak dan menguncinya seperti membungkus buah pir di supermarket. Eh! Tak lupa saya menuliskan beberapa kata di sebuah kartu dan menyematkannya.

Untuk kamu yang sebelumnya belum pernah ku berikan! Begitu ucap tulisannya yang berwarna serba biru.
Saya pun puas dan memeriksa kembali sekeliling kotak bingkisan biru itu, memutarnya untuk meneliti sekiranya ada celah yang terlewat atau keriput kertasnya yang terlalu merusak. Tapi sejauh ini, itu sempurna!

Jam masih belum teramat siang masih ada waktu tersisa, saya meraih bingkisan itu dan meletakannya ke dalam tottebag dengan rasa welas, enggak tau, seperti rasanya saya hendak melepas suatu kepergian yang pernah silam, atau semacam haru biru lainnya.

Tapi kau sudah menetapkan hatimu bukan? Begitu kata ibu saya saat saya mengutarakan niat saya.
Saya masih mengingat kata-kata ibu saya dengan jelas, sepertinya dia tak hendak menggerus rasa hati saya kala itu. Dan saya sudah berketetapan hati untuk mengirimkannya kepadanya.

Gojlex!
Tiba-tiba saya mendengar suara keras dari beranda yang menetapkan saya harus melepas kotak biru kiriman saya ini.
Iya tunggu! Teriak saya dari loteng kamar.

Perlahan saya mengangkat benda biru ini, saya menciuminya beberapa saat seperti itu beraroma harum, ah mungkin itu perasaan saya saja. saya menepis dan menuruni tangga kamar perlahan dengan kedua tangan memeluk kotak  paket biru saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun