Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buang Gas

15 Januari 2022   09:03 Diperbarui: 15 Januari 2022   09:06 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber picture dari pixabay.com

"Sepertinya demikian, anak muda! Rupanya kau duduk di situ dengan wajahmu di papan dan berbicara dengan mulut bokongmu!"

Hal ini pun menyulut situasi semakin panas dan semakin tidak kondusif, kami semua menahan udara, seakan menjadi penonton sebuah sinetron yang mulai dipenuhi dialog-dialog ampas.

"Jaga mulutmu pak Tua! Kau kira aku hanya menggertak untuk menendangmu?" Balas pemuda itu dengan mata berapi dan dia bangkit dari duduknya. Namun opa tampak begitu tenang, wajahnya malah tersenyum samar.

"Bullsh*t!" Jawab sang kakek sembari membalikkan badan ringkihnya, lalu melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga dengan menekan erat-erat tongkatnya ke lantai kayunya bagai tak terjadi sesuatu apapun.

Sementara pemuda hanya menatapnya dari tempatnya berdiri tanpa bereaksi, dia tampak kesal dan bagai salah tingkah memperhatikan orang tua itu melangkah turun meninggalkannya di duduk tengah anak tangga.

Saya menatap mengikuti gerak si orang tua perlahan berjalan menurun hingga menapak dasar lantai, meski langkahnya gontai, namun kedua kakinya menopangnya dengan seimbang, seakan dia sudah terbiasa bertahun-tahun dengan situasi seperti begini.

Seorang guard yang berdiri di sisi saya duduk, juga ikut mengawasi slow motion opa itu.

"Orang tua itu mabuk!" Bisiknya.

"Yeah! orang tua itu mabuk!" Gerutu yang lainnya.

Setelah insiden berlalu, kembali saya memegang kaleng yang tadi batal saya buka, namun terasa sudah, dinginnya jauh berkurang dan membikin selera saya untuk minum pun musnah. Saya pun menggeser silinder tin itu menjauhi, sambil memandang berkeliling seputar isi bar. 

Seketika itu pula saya menyadari bahwa semua penikmat bar tampak larut dalam keadaan mabuk, wajah-wajah mereka memerah dan kulitnya tertarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun