Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mempertahankan Shin Tae-yong dan Ketakutan Kita

3 Januari 2022   09:04 Diperbarui: 3 Januari 2022   09:13 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari bolasport.com

Sudah ke 6 kali Indonesia sebagai runner-upnya Thailand,  cukupkah sudah melewati takdir sebagai yang kedua? Tidak tahu sampai kapan kita diduakan, kalo terus berlanjut seperti ini dan tak kunjung berhenti, Thailand dan Indonesia sudah layaknya seperti suami-istri. 

Malaysia, Singapura bye-bye. Bagaimana Vietnam? Memang tim bola Vietnam terlalu cepat berkembang, selayaknya dekat dengan banyaknya revolusi, cepat mencapai tinggi, lalu stagnan. Tidak ada yang menarik lagi dari sepakbola Vietnam selain kecepatan tanpa ujung, monoton, miskin imajinasi. 

Sepakbola itu seni, bukan mesin. Sehingga kini mulai menjadi mudah dalam menghadapi Vietnam, hanya cukup mematikan mesinnya selesai, seperti yang dilakukan Indonesia vs Vietnam, dan Thailand vs Vietnam yang membuat   kosong-kosong. Jadi, sejatinya piala Asean Football Federation 2020 hanya Indonesia melawan Thailand.

Pertahankan Shin Tae-yong? Demikian pertanyaan bersayap topik pilihan. Pertanyaan yang aneh, ketika ketua PSSI Iwan Bule dalam wawancara dengan Metro TV di malam kekalahan telak Timnas dari Thailand sudah menjelaskan, Shin Tae-yong memang dikontrak selama 4 tahun dan akan berakhir pada Desember 2023. Jadi posisinya tetap aman.  

Pernyataan Ketum PSSI langsung membikin bahwa pertanyaan yang di persembahkan oleh topik pilihan menjadi obsolet, sehingga apapun pro-kontra yang bakal mencuat serta merta menjadi basi. Apakah pendapat saya akan pula menjadi basi? Tentu saja! Karena hanya ada dua tulisan yaitu sejarah atau basi.

Shin Tae-yong telah membawa pasukan muda Garuda ke tengah AFF 2020 yang dipenuh oleh senioritas tim lain, umur average pemain Timnas adalah 23 tahun. Ujungnya, kemudaan menjadi faktor yang dominan dari excuse dari suatu kekalahan untuk membenarkan dalil kehebatan skuat muda di masa depan. 

Tim ini kelak akan menjadi generasi emas Timnas. Dan ini harus tetap di tangan seorang Shin tae-yong, yang telah membuat  belia-belia Dewangga, Witan, Rumakiek, Baggott, Eggy, Arhan, Rizky menjadi pesona rising star lokal rumput hijau. Timnas muda hanya kalah matang melawan tim matang Thailand. Apakah kematangan selalu mengalahkan kemudaan? 

Pandangan pelatih Catalan terkenal, Pep Guardiola barangkali bisa disimak, ucapnya:
Saya pikir jika seorang anak muda memiliki bakat menggiring bola maka dia akan memilikinya sepanjang hidupnya; dia hanya perlu tahu kapan dan bagaimana melakukannya. Jika kami membuat tempat di mana mereka perlu merasa lebih nyaman untuk menggiring bola maka itu tidak nyata. Pemain cerdas tahu bagaimana melihat apa yang terjadi di sekitar mereka dan bagaimana permainan berkembang, selalu bergerak sesuai dengan tempat lawan, rekan tim, dan ruang mereka.

Omongan Pep yang sederhana dan mudah dimengerti mengenai orang usia muda yang bermain sepakbola itu enggak ruwet nyamber kemana-mana, dari urusan kontrak pelatih, pemain yang belum matang, pemain yang akan menjadi pemain masa depan, proses yang tidak boleh instan, dan segala harapan ke depan gak jelas bagai utopia yang hanya menenangkan diri sendiri.

Lalu apakah dalam dua tahun kedepan tim muda AFF2020 ini akan menjadi generasi baru Timnas? Ataukah akan sama saja menjadi repeat order?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun