Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemain Timnas Itu Memang Berat!

30 Desember 2021   09:29 Diperbarui: 30 Desember 2021   09:40 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari matapublik.co

Ketakutan saya merupa kenyataan, ketika Timnas dikalahkan Thailand empat kosong. Banyak yang bilang Indonesia kalah kelas, barangkali ada benarnya. Dulu saya bermain bola dalam tim di kelas 1 SMA, saya beruntung memiliki sekolah dengan lapangan sepakbola yang hijau yang dikelilingi dengan bangunan kelas-kelas sekolah. 

Di dalam pertandingan olahraga  tahunan juga dilakukan laga sepakbola antar kelas, memang terjadi pertarungan beda kelas, kami melawan kelas diatas kami yaitu kelas 2 dan kelas 3. Bermain beda kelas memang berat.

Semasa SD saya sudah suka bermain bola karena rumah saya dan teman sekomplek tidak jauh dari lapangan bola. Pernah kami bertanding ( dulu namanya ngadu) dengan anak-anak sebaya yang tinggal di sekeliling lapangan bola, orang-orang menjuluki pertandingan antara anak komplek melawan anak lapangan. 

Saya menjadi penyerang dan lebih banyak nongkrong di depan sehingga sering menyarangkan gol. Waktu itu kami menang banyak, tapi kemudian lawan kami mulai bermain kasar dan marah-marah, katanya saya ofset terus. Karena saat itu berlanjut dengan kondisi yang tidak kondusif, kami memutuskan berhenti dan pulang ke rumah. 

Tak berapa lama kami berjalan, saat kami menengok ke belakang, terlihat lawan kami bergerombol dan mengikuti langkah kami. Lalu saya perintahkan ke tim untuk mengambil langkah seribu. Kabur! Anak-anak lapangan mengejar sampai ke komplek, tapi kami sudah keburu masuk ke rumah masing-masing. 

Mereka yang kecewa  bergerombol di jalanan komplek kami, ada beberapa yang menimpuki atap rumah saya dengan kerikil. Beruntung tak lama mereka membubarkan diri. Saya, walaupun ketika itu masih kecil, sudah bisa menarik pelajaran, bahwa kekalahan besar bisa membuat orang di sekitar menjadi tidak rasional.

Beberapa kali juga saya menonton pertandingan sepakbola antar kampung di lapangan itu, beberapa saat sebelum pertandingan suasana terasa mencekam karena psywar kedua pendukung, biasanya para jawara muncul seakan memberi ancaman dari luar arena. Pernah teman saya, Wahyu Hidayat , kita mengenalnya si Yono, salah satu anak lapangan yang pernah menjadi kapten Timnas  tahun tujupuluhan, satu kali dia ikut memperkuat laga tim kampungnya. Namun permainan individu Wahyu Hidayat tidak maksimal di bawah tekanan, kakinya nampak seperti terasa berat. Jadi  memang berat bermain sepakbola di bawah tekanan.  

Karena sering cedera, dari kaki mengsol sampai copot kuku, apalagi waktu kecil, saya bermain bola di jalanan tanpa alas kaki, kaki bocel sudah menjadi langganan. Dari sini saya mempelajari bahwa dihentikan atau menghentikan lawan memang harus menghadapi resiko cedera yang bukan hanya semata hitam-putih, terlihat bermain kasar. Dan seingat saya, saya gantung sepatu seusai SMA, karena ya itu tadi malas atau kapok cedera.

Kembali semalam, sepanjang pertandingan Timnas melawan Thailand sampai usai di kunci empat kosong, hal ini membuat saya marah dan menyalahkan segala yang bisa saya omelin, dari yang berhubungan atau tidak ada sangkut pautnya dengan kekalahan ini. Semua saya omelin, semua saya salahin.

Saya mulai menghitung jumlah faktor penyebab kekalahan Timnas, dari 1 faktor, lalu 2 faktor, 3, 4, 5, 6 faktor penyebab kekalahan, hingga sampai saat ini saya masih menunggu hingga kuota 11 faktor penyebab kekalahan Timnas, yang disesuaikan dengan jumlah 11 pemainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun