Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puisi yang Tak Terjadi

15 Desember 2021   18:50 Diperbarui: 15 Desember 2021   18:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Hampir seluruh hari hujan sekarang, bumi pun basah. Saya masih memperhatikan gambarmu yang duduk di tepi kolam berair biru. Saya tidak tahu kamu ada dimana, hanya menangkap capture di layar kristal cair, kamu sedang merentang kedua lenganmu yang kurus. Heh! Saya pikir bukan, kedua tanganmu ternyata lentik sesaat saya zoom kotak gambarnya. 

Kamu pula menulis notes yang cukup penuh untuk sebuah kabar ke dalam layar saya. Lalu saya membalasnya. Saya pikir itu adalah kabar terakhir darimu, kerna saya tak lagi pernah mendengar tentangmu panjang sekali.

Jax! Kau adalah lelaki waktu pertama dan waktu terakhir. Sedang paruh waktu di tengahnya hanya kehilangan!
Demikian Inka, perempuan halus itu, menutup tulisan di bawah gambarnya.

Saya lambat membalasnya dari keyboards yang kecil.
Saya harap kamu masih menulis puisi gila tentang Malaikat dan Tuhan dengan huruf atas, dan kamu tahu saya selalu tergila-gila dengan liriknya, dan selalu lapar menanti setiap hurufnya seakan tak pernah kelar. 

Namun setelahnya jaringan seluler kamu hilang, tanpa pulsa tersambung, padahal aku menunggu puisi silam yang tertinggal. Dan perempuan itu selalu begitu, tak hendak menyelesaikan sajaknya yang selalu mengambil kisah, Malaikat dan Tuhan.
Lama saya memandangi layar persegi merona di tangan, dan kepala saya lalu menerbangkan hampir semua isinya. 

Ternyata kita memang pernah begitu dekat di alam studi susastera di rumah kampus yang tidak banyak berbicara apa-apa kecuali paper. Inka dan saya pernah begitu dekat, maksud saya dinding indekos kami masih satu genting. 

Namun kami hanya bertegur sekali dua di jalanan pulang atau pergi universitas, juga sesekali melihat catatan perjalanan cipta sajak yang di bebankan lembaga ini, kerna kami tau kami tidak ngepop tapi mungkin memiliki signature dalam susunan huruf-huruf.  
Selebihnya hanya kosong yang besar dan cinta diam-diam melalui tulisan, bacaan, dan potongan-potongan kecil foto, kerna saya tidak pernah sekalipun menyentuhnya .

Saya pikir, saya akan lebih mencintainya bila saja, saya yang sekarang sedang duduk di sebuah ruang kecil ini, menggulung sebatang rokok dan mendengarkan suara gemericik  kamu di kamar mandi.

Mengakali yang tak juga terjelma, kali ini saya menelusuri kenangan, ketika beberapa kali kami memang bersurat sehabis memakan kuliah dan mulai menunaikan kehidupan.

Inka memang berkembang cepat, dia ingin melompat. Padahal puisinya memikat soal serial Malaikat dan Tuhan yang memenuhi kertas-kertasnya saya tahu historinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun