Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasien Terakhir

4 Desember 2021   06:46 Diperbarui: 4 Desember 2021   07:02 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Hari masih rendah, mentari pun masih setengah, jalanan kota sudah terlihat jengah. Rudi masih di balik kemudi SUVnya, tenggelam di kemandekakan lalu lintas yang tiarap. Dari panel dasbor mengalun suara Once feat Dewa19, Hadapi dengan Senyuman, Rudi ikut bersenandung, bibirnya komat-kamit mengikuti lirik yang ada di kepalanya. Hati lelaki ganteng ini tidak terburu-buru menjelang kantornya yang berlokasi mentereng di jantung kota, padahal jam sudah menjamur.

Rudi lebih menikmati perjalanan, entah sudah keberapa pekan ini, dia lebih banyak memarkir rasa hati sekehendaknya. Bosnya di kantor mulai bosan mengingatkannya, meski Rudi jenius tapi disiplin adalah yang utama setelah safety. Namun lelaki ini selow, dia seakan tidak melihat lagi stakeholder kompaninya.

Whatever! pikir Rudi.
Tapi Syanti? Ah! Perempuan terkasih itu?

Rudi tersedak merenungkan Syanti, pacarnya yang syantik. Bahwa, perempuan indah inilah yang masih saja membuat hatinya lumer di dalam kehidupan mapannya yang tengah mengalami pancaroba. Perempuan ayu yang mampu membuatnya melihat lagi ke depan seperti yang dulu pernah di anutnya tentang satu-satunya kemuliaan kehidupan adalah seperti yang di televisi.

Ah! Apakah aku mesti meletakkannya juga? Rudi menggumam dengan hati masjgul, kedua matanya hanya menatap kosong dari kaca depan bening vehiclenya . Kendaraan yang antre di muka menjadi seperti bayang-bayang. Lalu dia mengalihkan tatapan ke kaca penglihat belakang, berencana melakukan putaran balik. 

Beruntung arus kontra begitu lapang, sampai tak sesuatupun menghalang. Bunyi ciutan roda besar suburbannya memekik, menarik perhatian pengendara lain dan orang sekitar, tapi Rudi mengabaikannya. Dia memacu mesin dengan throttle penuh. Wuuzz!

Aku mesti membereskannya dengan Syanti! Begitu degup kalbunya.
Sehingga tak memakan waktu lama Rudi telah merambah klaster rumah kekasihnya, berjalan merambat dengan melepas injakan gas dan membiarkan matiknya berjalan pelan sampai pas berhenti di muka satu rumah asri bercat putih.

Tampak sesosok rupawan menjelangnya di muka pintu, perempuan berpakaian blaser putih bersih berbahan blacu memberi senyum. Rudi melompat keluar mendekat, mengambil tangan gadisnya dan masuk ke dalam rumah.

Kau tak ke kantor lagi? Syanti membuka cakap, parasnya bergaris letih. Rudi menggeleng tanpa ucap.
Kau bermalam di emergensi?
Mmmm.. Syanti mengangguk, sembari menguap cantik, rambut lurusnya sedikit kusut.
Kau lelah? Banyak pasien?
Lumayan, banyak tindakan lanjut semalam. Syanti, dokter itu, bergumam, mata indahnya masih memandang pacarnya.

Lalu pembicaraan seperti tergantung di awan, kedua mahluk itu diam. Seperti persoalan melayang yang tak terpecahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun