Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing-kucing Kami

18 November 2021   08:53 Diperbarui: 18 November 2021   09:02 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari detik.news-detik.com

Istri saya membungkuk lebih dahulu dan meraih kucing itu seakan telah dikenalnya silam, sedang saya mengawasi was-was seandainya kucing mencakar. Tapi ternyata tidak, kucing itu melemaskan tubuhnya di pelukan istri saya.

Kasian! Kamu boleh masuk dan kelak mondok di rumah ini. Iya kan mas? Istri saya merajuk sembari membelai mahluk. Tentu saja sayang! Jawab saya spontan uhuy.

Dan semenjak hari itu, dia telah menjadi anggota keluarga baru kami, istri saya yang semula bagai kurang vitamin seperti mendapatkan semangat baru atau second wind. Dia mulai disibukkan dengan segala urusan mpus baru ini, dari mulai membeli makanan pelet, susu meong sampai vitamin, bahkan kamar tidur bagi binatang spesial ini.

Kami pun menamakan dia si Coklat, karena warna bulunya coklat, dan mulai menjalani sifat-sifatnya yang sangat kucing-kucingan. Mahluk yang tidak mengetahui banyak, meskipun sering komplen dengan meongnya, namun dia tak sedikitpun memperlihatkan rasa khawatir. 

Kucing baru ini juga mengenalkan cara tidurnya kepada kami, begitu singkat dan simpel. Si Coklat begitu mudah tertidur, bahkan bisa 20 jam molor tanpa rasa sungkan atau rasa bersalah. Pokoknya sejak hadirnya si  Coklat, sang kucing jantan ini, kehidupan kami berubah 180 derajat. Bahkan jika hari kami terasa anjlok, kami mengatasinya dengan mengamati tingkah si Coklat, dan sontak melow kami terobati, karena mereka apa adanya. Memang kami jadi banyak belajar dari kucing ini.

Biarkan dia menjadi guru kita sayang! Begitu istriku mengatakan saking intensnya.
Benar Sonya! Kucing ini begitu sederhana dalam menjalani hidupnya. 

Tidak seperti manusia yang bersengsara, dikelilingi marah dan berpikiran tunggal. Begitu deh si Coklat mengerjakan hal yang sama saban hari, yaitu berlari, makan, tidur, buang air besar dan berkelahi. Oh iya dengan suara lengkingannya yang tajam,  si Coklat jantan ini kerap berkelahi,  hingga di sekujur permukaan kulitnya dipenuhi bocel-bocel bekas gigitan lawannya. 

Coklat memang tidak pernah mengenal rasa takut, bahkan dalam pertarungan maut dia seperti tidak memikirkan apapun kecuali keagungan kegelapan.

Sayang? Bukankah lebih baik kita mencari gadis untuk pasangan si Coklat? Suatu pagi istri saya beride. Ah! Pemikiran yang brilian, Sonya! Jawab saya antusias.
Dan segera saja kami membeli dari toko pet, seekor kucing perempuan muda yang cantik dan berbulu indah yang sedang mekar-mekarnya. Miauw! Sapanya lembut. Membuat kami langsung jatuh hati. 

Tiba di rumah si jantan Coklat malu-malu kucing, namun si Miauw, begitu kucing betina baru ini kami panggil, tampak lebih agresif. Dia berguling-guling seperti menarik perhatian Coklat. Coklat yang semula cuek bebek mulai melirik dan menghampiri, lalu mencium-cium kaki perempuan itu, kucing jantan yang semula malu-malu kucing itu kini menjadi malu-maluin. Tak lama mereka bergulingan sementara kami berdua menutup mata kami, seperti menyensor.

Tak lekang beberapa bulan ke depan Miauw hamil, dan melahirkan putra --putri yang tampan dan ayu-ayu. Lahir dengan 8 anak kembar menjadikan hari yang sangat istimewa, meski kami tak mengira Miauw begitu subur, namun tidak menyembunyikan kegembiraan kami akan kehadiran keluarga baru kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun