Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah dan Saya

13 November 2021   06:12 Diperbarui: 13 November 2021   07:00 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari pixabay.com

Kami selalu kaya! Ayahku kerap mengatakan kalimat itu di muka saya, di saban kesempatan, baik penting atau momen yang sederhana sekalipun. Sehingga pertumbuhan saya selalu diliputi oleh kekayaan melimpah yang ayah bikin. 

Ayah bagi saya adalah seorang yang menakjubkan. Meski ayah berpura-pura menjadi kaya, saya menyadari dari hati kecil, namun tetap ayah terlihat kaya. Meski hampir saban hari kami makan kacang dan bubur, ketika kami duduk untuk makan, ayah berkata,

Tidak semua orang bisa makan seperti ini!

Di atas meja kayu yang lawas, saya makan segala yang tersaji dengan lahap, sembari mendengarkan kisah ayah tentang kekayaannya. Mungkin itu menurut pikirannya, tetapi saya waktu itu, yang masih belum tujuh belas, sangat terkesan dengan kata-katanya ketimbang makanan yang saya telan. 

Beberapa kali terlintas di benak saya hal yang kadang-kadang rancu, apakah yang menjadikan ayah sedemikian rupa. Apakah karena ayah ingin menjadi kaya atau karena sebenarnya dia mengira dia kaya.  Tetapi saya belum ngeh saat itu, dan tidak menjadikan ini suatu persoalan besar.

Begitu saya mulai dewasa, saya berpikir lebih fokus, tentang ayah, kerennya lebih analitis lah. Bahwa ini tidak lepas dari pandangan politik yang menguasai kehidupan kami saat itu, atau katakanlah sejak politik menjadi panglima dan begitu terbuka untuk aspirasi. 

Jadi orang-orang lebih terbuka, begitupun dengan ayah saya. Apalagi sejak kelumrahan kekayaan yang berasal dari politik, tersaji secara kasat mata, saya pikir ayah menemukan seperti impiannya yang baru akan paradigma kekayaan.

Saya tahu ayah bukan anggota salah satu partai yang ada, tapi saya juga lebih tahu bahwa ayah adalah seorang simpatisan satu partai X. Partai X adalah partai yang berangkat dengan pandangan-pandangan moderen yang lebih kapital, dengan timbangan yang berpihak kepada peningkatan ekonomi. Dan ayah selalu memilih partai X dan memilih presiden Rits melawan presiden Pur dari partai oposit, tapi ayah kalah.

Begitu pula sehabis periode berlalu, ayah mencoblos presiden penantang yaitu presiden Kays dari partai X, masih melawan periode kedua presiden Pur, dan ayah kembali kalah.

Dan ayah berkata di setiap kekalahannya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun