Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah

31 Oktober 2021   12:21 Diperbarui: 31 Oktober 2021   12:23 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Beberapa jam saya membaca, saya mulai merasa asing tanpa suara-suara bangunan rumah ini. Membuat hati saya penasaran untuk mencoba mengintip lewat celah yang terbuka ke bawah tanah. Saya sedikit terkejut melihat seekor kucing hitam sedang berlari mengikuti seorang anak lelaki yang menaiki sepeda berkeliling ruangan rumah bawah tanah yang belum selesai. 

Mata saya tak berkedip dan menahan suara nafas saya agar tidak mengganggu mereka. Lalu saya memutuskan untuk tidur dan membiarkan mereka bermain.

Keesokan saya bangun sedikit kesiangan. Dan saya masih melihat beberapa pekerja berjalan dengan palu mereka tapi mereka terlihat tidak mau lagi membangun rumah bawah ini. Mereka hanya duduk-duduk saja dan berkumpul di rumah atas, wajah-wajah mereka nampak lelah. Saya pun tak hendak mengganggu mereka dan pergi untuk mengambil sarapan ke kedai.

Tapi saya melihat orang-orang di warung tidak memasak makanan, saya pun pergi ke pasar, tapi orang-orang tak satupun berjualan, mereka hanya berdiri tidak bekerja. Demikian di rumah obat, di toko, di bar, saya melihat orang-orang, tapi tidak mau bekerja. Wajah mereka tampak lelah.

Lalu saya memutuskan kembali ke kamar saya di sebelah rumah yang belum selesai itu. Saya hanya duduk merenung, menunggu cahaya sore turun, dan saya melihat bukit berwarna ungu dari balik rumah yang belum selesai ini mengirimkan udara dingin sehingga mengharuskan saya merapatkan mantel saya.

Saya tertarik lagi menuruni bagian bawah blok rumah yang belum selesai dan menjumpai kucing hitam yang menatap saya, sedang anak lelaki kecil semalam tidak terlihat, hanya sepeda kecilnya saja teronggok. Entah saya kok merasa malu terhadap tatapan kucing hitam itu, sehingga saya segera beranjak ke atas, keluar rumah bawah itu.

Saya mendekat beberapa pekerja rumah yang lelah itu dan memberanikan diri bersapa senyum, namun mereka memandang hambar wajah saya.

Bukankah engkau bapak dari anak lelaki di bawah bangunan itu? 

Salah seorang pekerja menunjuk jarinya ke tubuh saya. Teman kelompoknya menatap dan beberapa mengangguk-angguk. Ya! Benar! Akur yang lainnya. Saya hanya bisa terdiam tanpa merasakan apa-apa lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun