Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Net-Zero Emissions di Rumah Kita

10 Oktober 2021   09:55 Diperbarui: 10 Oktober 2021   09:56 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.flickr.com/photos/walhibali/1468296564/

Saat ini dipercaya bahwa bumi sedang menuju katastropik akibat pemanasan global. Menurut dfinisi NASA, pemanasan global adalah naiknya suhu rata-rata permukaan bumi akibat meningkatnya kadar gas rumah kaca.

Banyak ahli menyebutkan pemanasan global adalah dampak dari gas emisi karbon dioksida, deforestasi, ozon, metana, dan masih banyak lagi. Keberadaan gas-gas ini yang akhirnya membuat suhu rata-rata permukaan bumi meningkat dan menyebabkan adanya perubahan iklim yang dahsyat.

Suhu bumi yang bundar tentu saja memiliki suhu yang berbeda-beda di masing-masing tempat, dari data terhimpun, perbedaan suhu tertinggi dan terendah kemungkinan lebih dari 55 derajat C, antara belahan bumi utara dan selatan pada musim yang ekstrem. Sepintas untuk berbicara soal suhu rata-rata bumi tampak seperti omong kosong. 

Namun konsep suhu rata-rata global memiliki dasar yang kuat dengan melacak perubahan neraca energi bumi, yaitu selisih antara panas matahari yang diserap bumi dikurangi panas radiasi yang di lepas ke angkasa keluar bumi, dimanapun posisi titik bumi berada.

Sehingga dipercaya bahwa kenaikan suhu global sampai saat ini sebesar 2 derajatC sejak era pra-industri (1880-1900). Fraksi kenaikan suhu ini pun tidak linear dan dapat dibagi menjadi dua kualifikasi peningkatan, yaitu peningkatan sebesar 0,08 derajatC per dekade untuk kurun 100 tahun (1880-1980) dan pemanasan selama 40 tahun terakhir lebih dari dua kali lipat yaitu sebesar 0,18 derajatC per dekade sejak 1981.

Peningkatan temperatur sebesar 2 derajatC ddalam kurun waktu 141 tahun mungkin tampak kecil, tetapi ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam akumulasi panas, mengingat daya serap lautan luas dengan kapasitas panas yang luar biasa, maka untuk menaikkan 2 derajat C dibutuhkan panas yang sangat besar. Panas ekstra ini akan mendorong sifat musim yang ekstrem, pengurangan selimut salju dan es laut, mengintesifkan curah hujan deras dan mengubah rentang habitat tumbuhan dan hewan.

Dengan kapasitas panas air yang tinggi berarti bahwa suhu laut tidak langsung bereaksi terhadap peningkatan panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca. Namun, dipercaya pada tahun 2030, ketidakseimbangan pemanasan yang disebabkan oleh gas rumah kaca mulai melampaui kelembaman termal lautan, dan jalur suhu yang diproyeksikan mulai menyimpang, Dengan emisi karbon dioksida yang tidak terkendali, kemungkinan suhu bumi mengarah ke beberapa derajat pemanasan tambahan pada akhir abad ini.

Sesuai Perjanjian Paris 2016 pasal 2 yang berkomitmen kepada emisi nol untuk pertengahan abad kedepan dengan tetap berda dalam anggaran karbon yang tersisa untuk pemanasan global hingga 1,5oC, maka Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net-Zero Emissions di 2060. 

Namun masih bertumpuk tantangan yang mesti diatasi, seiring dengan pemakaian energi fosil (minyak bumi, batubara dan gas) mayoritas, terlebih di segmen batubara yang menurut infonya 57% energi listrik dihasilkan dari batubara (2017). Problem deforestrasi dan kebakaran hutan masih membayangi pekerjaan rumah menuju titik nol ini. Mungkin program biofuel dari minyak sawit (B30) dipercaya bisa mengurangi emisi karbon dioksida, namun aplikasinya ke berbagai sektor industri belum kedengaran gaungnya.

Jadi daripada pusing mikir yang gede-gede, alangkah baiknya kita segera melakukan program net-zero pribadi dalam kehidupan dan keluarga kita sendiri sehari-hari, yaitu Net-Zero Emmisions di rumah kita. Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menahan panas global ini sama pentingnya dengan menyadari malapetaka atau katastropik bumi yang menghantui, karena kita hidup di bumi yang merupakan bagian dari kosmik alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun