Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Keajaiban "Serve" dan "Cium Tangan" Greysia Polii/Apriyani Rahayu

3 Agustus 2021   13:34 Diperbarui: 3 Agustus 2021   13:36 9073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Cium Tangan Apriyani Rahayu ke Greysia Polii (Getty Images) Sumber: sport.detik.com

Dominasi Cina di setiap ganda putri telah dimulai sejak debut mereka di Olimpiade 1992 dan baru sekarang  Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memenangkan emas bulu tangkis ganda putri pada hari Senin kemarin dengan mematahkan cengkeraman China di Olimpiade Tokyo 2020. Pasangan ini mengalahkan pasangan China kelas dua dunia,  Chen Qingchen dan Jia Yifan 21-19, 21-15 untuk merebut medali emas Olimpiade pertama Indonesia di ganda putri.

Greysia dan Rahayu telah keluar dari kotaknya dan tidak pernah menyerah sampai titik akhir, sampai ketika Jia mengirim tembakan terakhir yang melebar, meskipun perayaan sempat terjeda menghadapi 'challenge' pasangan China yang putus asa untuk mengkorfirmasi kemenangan. Diantara kemudaan pemain lain, Polii memang telah berada di ambang pensiun setelah Olimpiade Rio 2016, tetapi dibujuk untuk melanjutkan setelah bekerja sama dengan Rahayu  yang 10 tahun lebih muda darinya.

Tak ada pasar yang menjagokan bahkan menduga pasangan Indonesia yang sejak memulai rangkaian dari total 13 kali pertandingan Olympic kali ini, kecuali keteguhan Polii/Rahayu dan Enghian sang pelatih.

Dari pasangan dianggap 'medioker' saat menginjak gim pertamanya di Musashino Sport, secara perlahan pasangan perempuan ini beralih menjadi 'menyeramkan' buat lawan lawannya. Dari permainan baseline dengan lob panjang yang jenuh dan tempo gim yang karet, Polii/Rahayu perlahan berubah menjadi pembunuh yang kejam bagi setiap lawan. 

Permainan  defensif-offensif mereka, mulai menemukan bentuknya hingga mencapai partai mortal di final dengan menumbangkan pasangan China sebagai pemegang emas olimpiade tak terkalahkan selama 30 tahun.

Ini benar-benar heroik, dan menuliskan sejarah, yang entah apakah bisa terulang bahkan mentradisi seperti ganda putra, mestinya petinggi bulutangkis kita mulai 'ngeh' dan berperhatian kepada para pemain perempuannya mumpung telah lahir satu 'role model' nya sekarang. Penanganan pelatihan yang lebih kompleks urusannya ketimbang melatih lelaki, harus lebih diperjelas ke dalam primbon atau standard lebih baku, ketimbang naluri dan bakat alam yang memang lebih dimiliki para pemain Indonesia.

Dari performans Polii/Rahayu, saya pikir mereka mulai meletakan 'bench mark' ganda putri kita yang lebih standard tinggi, termasuk prosesnya yang gamblang yang sudah kita saksikan selama perjalanan mereka di dalam 'road to final'

Disamping peranan mental yang tebal, beberapa hal yang mungkin baru atau hal lama tapi menjadi lebih 'clear' terapannya bisa terlihat pada pola serving mereka.

Serve adalah awal kok yang menjadi kemudi dari pukulan-pukulan selanjutnya untuk menentukan pendapatan angka. Awal pertandingan badminton yang krusial adalah servis. Servis yang baik akan membuka 'three steps kill', kematian lawan yang terjadi dalam tiga kali tepokan.

Semenjak 2011 Polii memiliki 'handycap' akibat cedera, sehingga 'backhand serve' kebiasaannya tidak mulus lagi, lalu perlahan dia bertransformasi menggunakan 'forehand serve' yang semakin mumpuni baik itu untuk 'flick' kedutan tinggi atau 'low' melewati atas tipis bibir net. 

Ini mengingatkan 'drive serve' dari 'forehand serve' rendah dan menyilang yang digunakan legenda Christian Hadinata, yang menjadi lumer mengalir tipis di atas bibir net. Disisi lain beruntung Rahayu memiliki 'backhand serve' yang bagus untuk 'flick' atau 'low' yang sering mengecoh pasangan China, terutama Jia yang kidal. Jadi kombinasi serve Polii/Rahayu menjadi senjata awal yang bagus saat tepokan pertama yang krusial.

Hal lain yang menentukan kemenangan, adalah tidak terlihat bola setengah yang dilontarkan Polii/Rahayu. Semua bola yang dilepaskan mendekat net atau lob ke 'baseline' lawan. Sehingga pasangan Chen/Jia yang terkenal dengan intersepsi depan net, tidak punya kesempatan sama sekali untuk mematikan bola. Chen yang relatif sebagai 'setter' untuk memaksa lawan mengangkat bola tampak tidak diladeni oleh Polii/Rahayu.

Demikian halnya dengan 'crossing pitch' dalam perubahan serang ke bertahan atau sebaliknya, Polii/Rahayu sudah lebih 'liquid' ketimbang Chen/Jia, yang sempat dua kali raketnya bertabrakan dan satu kali mengakibatkan rusaknya raket Chen yang lucunya masih diteruskan menepok bola, saking gak sadarnya.

Diatas adalah, faktor yang menunjang kemenangan Polii/Rahayu, disamping kemampuan pukulan 'smash' yang lebih positif ketimbang biasanya. Kali ini pukulan 'forehand grip' Polii lebih keras dan tajam dan 'hanshake grip' Rahayu lebih terarah dan keras dari biasa yang mereka lakukan.

Jadi faktor teknis kemenangan Greysia Polii/Apri Rahayu  terlihat berbeda dari seperti yang biasa kita saksikan, artinya ada suatu perkembangan yang sangat signifikan pada pasangan ini. Mungkin sudah lebih banyak faktor kemenangan lain yang telah ditulis oleh rekan-rekan spesial bulutangkis kompasiana, namun jangan lupa pula faktor 'cium tangan' Apriyani Rahayu  kepada 'kakak' Greysia Polii juga merupakan kekuatan dahsyat yang hanya menjadi milik khas mereka berdua.

Selamat kepada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun