Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing Kesembilan

17 Mei 2021   18:17 Diperbarui: 28 Mei 2021   19:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mabel Amber, who will one day dari Pixabay

Selama polah kucingnya tidak mengganggu, orang-orang tak mempersoalkannya.  Terserah.  Sebab dari rekam jejak yang ada, kucing mak Ola selalu relatif bertingkah manis, apalagi disaat Mak Ola bekerja memulung lembaran plastik di bak sampah di sepanjang pinggiran kota. Kucing Ola selalu mendengkur di beranda tanah gubug Ola, setia menjaga dan menunggu hingga sang majikan pulang bekerja. 

Yang bikin perkara adalah beberapa anak budak reseh sekitar, kadang mereka melemparkan tulang ikan atau daging sisa ayam untuk coba memulai persahabatan usil, tapi selalu saja tak diacuhkan. Si meong bergeming, matanya hanya menatap dan menatap dengan tubuhnya yang kaku menelungkup. 

Jika para kurcaci itu mengganggu, si meong akan memamerkan erangan dan taringnya berikut mengeluarkan kuku dari cakarnya, membuat para cindil itu berlarian seram.  

Hal inilah yang kadang mencuatkan kembali histori kelabu dari kedelapan kucing milik mak Ola sebelumnya, dimana selalu saja ada anak lelaki jahil yang dicakar atau digigit.

Beberapa kejadian memang mencirikan ketidaksukaan orang-orang kepada nenek Ola perkara perkucingan ini. Orang yang pernah dilukai oleh salah satu kucing yang pernah ada pasti mengingatnya. 

Sudah seperti ritual bahwa ada saja anak lelaki yang pernah terkena cakar tajam si meong jantan, entah oleh kucing kesatu, kedua atau sampai kedelapan.

Jangan pernah dekat dengan kucing geladak itu, ya! Begitu perintah para ibu tetangga yang memiliki anak lelaki dan pernah mendengar misteri. Seperti baru saja kejadian kemarin siang, seorang budak akil balik, kulitnya berlumur panjang sehingga darah mengalir di sepanjang tungkai kakinya akibat cakaran si Nawa.

Dari cerita dulu kala, Ini kejadian miris yang berulang mak Ola! Ngerti nggak sih?

Demikian keluarga tercakar mendamprat Ola yang menyudut pias seakan dia tau historis kucing-kucing Ola. Bapak RT sampai harus turun tangan untuk menyesuaikan pertengkaran dengan usia mak Ola yang renta. Lalu pak RT memerintahkan untuk membuang kucing Nawa supaya tidak membikin kegaduhan lingkungan.

Ini sudah kesembilan kalinya lho, mak Ola! Bapak RT mengingatkan. Bukankah mitosnya kedelapan kucing yang dulu juga punya kisah keganasan serupa toh, pak RT? Ibu korban bertanya sengit mengipas.

Mendengar ucapan itu, pak RT yang setua dengan mak Ola terkesiap. Mengingat akan peristiwa sama sepanjang puluhan tahun bejalan ini.
Bukankah dari kucing pertama?... Nganu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun