Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea vs Madrid, Birunya Kemenangan Naluri

7 Mei 2021   05:37 Diperbarui: 7 Mei 2021   05:41 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang Muda FC Chelsea; (Pool via REUTERS/IAN WALTON); Sumber:cnnindonesia.com

Sebenarnya saya berharap Real Madrid memenangkan pertandingan kemarin di subuh 6 Mei 2021 pada semifinal Champions League ketika berhadapan dengan Chelsea, ternyata kekhawatiran saya terbukti bahwa waktu berjalan begitu cepat. Pasukan 'Spaniard' yang selalu menebar rasa takut kepada setiap lawan ternyata mulai tampak lelah dan kehilangan semangat. 

Los Blancos (The Whites) mendekati keniscayaan akan sepasukan prajurit tua yang sekejap lagi akan melampaui legenda Bernabeu. El Real harus melewatinya dan ini tampaknya seperti tim yang perlu dibubarkan dan legowo mengantarkan era baru yang diekspos oleh pemain-pemain muda. Duo penguasa poros, 'center back' Sergio Ramos dan gelandang elegan Luka Modric meski masih memberikan kontribusi penting, keduanya telah berusia 35 tahun dan telah melewati masa terbaiknya.

Setidaknya begitu yang tergambar selama laga semifinal ini. La Casa Blanca (The White House) memang menebar kecemasan sepanjang degup 'The Blues'.  Menyandang aura juara 13 kali Los Galacticos adalah penyintas tertinggi di Liga Champions dan ancaman laten dari Karim Benzema adalah kesulitan bagi Chelsea di 25 menit babak pertama kala itu, dan secara jujur rasa takut itu masih terus terasa di permainan Chelsea hingga menit ke-85, saat gol kedua Chelsea tercipta.

Sebagai penyandang salah satu dari tahun-tahun Los Galacticos, Zinedine Zidane bertransformasi menjadi pelatih yang 'world famous' dengan pemahaman taktik diatas kertas dan di rumput lapangan adalah sama.

Bisa dipahami dalam pertandingan ini, sebenarnya Madrid dengan sistem 4-3-3 berhadapan dengan Chelsea dengan sistem 3-4-3/3-5-2 sudahlah menjadi klop khas Zidane. Tiga penyerang Madrid akan menekan bola 'build up' yang dimulai dari tiga pemain belakang Chelsea. Keuntungan yang diambil Zidane adalah 'Center Forward' Benzema memiliki kemampuan untuk menekan 'build up' belakang Chelsea, sekaligus mengambil jalur tengah Chelsea dengan membayangi lajur gelandang tengah Jorginho.  

Sementara Kroos dan Modrik masing-masing membayangi  Kante dan Mount.  Posisi 'Center Back' Casemiro yang sebagai jangkar atau 'pivot' pengoper ke 'Full Back'  Nacho dan Mendy, sekaligus sebagai penanda setiap gerak Jorginho. Ini yang membuat Madrid memiliki peluang 'ball possession' yang tinggi, dan Chelsea terlihat sedikit kesulitan berkali-kali dalam 'build up'.

Sampai menit ke-25 Madrid masih memegang kendali permainan namun seiiring waktu mulai terlihat bahwa konstruksi dari transisi serang ke bertahan Madrid selalu terlambat ketika bola terebut atau serangan balik yang secara naluri menjadi senjata pamungkas Chelsea. Terlihat dari kedua gol yang tercipta adalah terbangun dari serangan balik.

Pada menit ke-28 serangan balik Chlesea lewat terobosan Jorginho ke Werner di depan, terlihat menyisakan tiga back Madrid melawan tiga penyerang Chelsea. Bola di 'trackback' ke kaki Kai Harvetz yang melepaskan tembakan melewati Thibaut Courtois dimana bola memantul mistar dan Werner yang sudah di depan, tiba untuk menyundulnya ke gawang.

Sama halnya dengan gol kedua, setelah menanti hingga hampir 85 menit, lewat Kante yang merebut bola dari Bek Serang Nacho, bola dioper ke Christian Pulisic dan 'crossing' rendah ke Mount dan merobek gawang Real.

Meski Chelsea memiliki platform di lini tengah yang kuat dan solid di lini belakang , ini semata didukung karena transisi formasi  serang 3-4-3 ke bertahan 5-3-2 tidak rumit, cukup menurunkan dua wing backnya. Berbeda dengan Madrid 4-4-3 ke 5-3-2, selain memundurkan wingback juga bersamaan harus memajukan 'midfield'nya, Casemiro. Belum lagi faktor uzur dan kebiasaan format paten 'possession ball' mereka dirasa tidak diperlukan adanya berlari kencang.

Jadi dari format pertandingan ini, Chelsea bukanlah sebuah tim yang terlalu istimewa. Walaupun Mason Mount penyerang, sesumbar bahwa seharusnya mereka menang dengan skor 5-0, karena mereka telah memboroskan 3 peluang matang yang sudah berhadapan 'one on one' dengan kiper Courtois. Tapi taktik manager Thomas Tuchel tetap enggak jelas terlihat di lapangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun