Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung-Burung di Jalan

1 Mei 2021   09:08 Diperbarui: 1 Mei 2021   09:09 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh StockSnap dari Pixabay

Selanjutnya ternyata pintu kayu telah ternganga dan seorang perempuan yang masih cukup muda, menyambut langkah kedatangan kami.

"Silakan masuk" katanya halus.  

"Ah! Terima kasih. Maaf perkenalkan saya guru baru, mungkin ibu belum mengenal saya. Roma" aku mengenalkan diri.  "Rita" jawab ibu Hani menyambut genggam tanganku.

"Ah! Saya bersama sebagian teman satu kelas Hani. Mau menengoknya. Mmmm.. bagaimanakah kesehatannya?"

"Mari, dia ada terbaring.." ibu Hani membawa kami menuju kamar mungilnya.

"Hani..Hani kamu kenapa" anak-anak yang berkata melirih. Memandang anak perempuan sebayanya yang terbujur membuka sekejap mata, lalu menutup kembali. Bibirnya memaksakan senyum kecil. Parasnya pucat, tubuhnya lurus. Menciptakan kami semua mendadak sepi.

"Dokter bicara untuk tidak banyak bergerak. Dia mengeluhkan kepalanya berputar jika bangkit.." ibu Hani menerangkan dengan ucapan yang menyekat.

"Kasihan Hani.." anak berbisik semakin perlahan, beberapa mata bening mereka berkabut. Lalu saya memecah atmosfir kamar yang memekat untuk membawa pasukan kecil menyegarkan pindah ke ruang tamu. Sedang aku kembali ke kamarnya bersama ibu Hani. Lalu hanya aku, Rita ibu Hani dan Hani yang terbeku di ranjangnya.

"Saya pikir untuk segera ke rumah sakit ibu.." tak ada kata lain keluar dari mulut saya.

"Yah. Rencana besok harus biopsi. Karena memang satu minggu kebelakang ini tanpa perobahan. Katanya kepalanya selalu pening. Berputar.." Rita seperti tak hendak melanjut kata. Hanya matanya yang basah yang mengatakan lebih.

"Maaf. Mmmm..Bapak Hani..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun