Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manchester City Boleh Juara, namun Manchester United adalah Pemenangnya

14 Maret 2021   08:31 Diperbarui: 14 Maret 2021   08:42 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer dan Pelatih Manchester City, Pep Guardiola (AFP/Paul Ellis). Sumber: liputan6.com

Cara mereka kalah adalah sebagaimana biasa tim tanpa keistimewaan, ketika Manchester City dikalahkan derbynya, Mancester United di Etihad Minggu 7 Maret 2021. Kala itu Manchester City tidak terlihat sebagai sebuah tim dengan rekor ego 21 kemenangan beruntun, The Citizens menjadi sebuah  tim yang biasa mengalami kalah-menang di depan seorang Solskjaer. 

Pep Guardiola sudah memahami bahkan satu menit sebelum pertandingan bahwa pelatih mantan supersub MU ini bakal menjungkalkannya. Ada trauma di kepala Pep saat dihadapkan kepada wajah 'schoolboy' Solskjaer.

Sementara media mencatat bahwa, Solskjaer adalah satu-satunya yang memiliki rekor positif melawannya dengan empat kemenangan dan sekali imbang dari delapan pertandingan Manchester Derby.

Manchester City boleh juara, tapi Manchester United adalah pemenangnya. "Iblis merah" selalu menyeringai di muka para citizens, "Manchester is Red!" Teriak para Mancs.

Solskjaer sangat tahu ketika harus menceploskan gol secepat waktu pertandingan dimulai, untuk menurunkan City ke dalam krisis yang biasanya membuat integrasi City memburuk atau paling tidak dibutuhkan waktu lama merecover ke ritme semula mereka. 'Center Back' Ruben Diaz memang ahli mengatasi pertahanan City, namun dia tidak bisa menyeret pasukannya untuk melewati krisis yang terjadi di lapangan secepat seperti yang dilakukan oleh  seorang Vincent Kompany sang jendral lapangan. Sayang Kompany sudah ghosting dari lapangan biru Etihad.

Ole Gunnar Solskjaer menghentikan rekor kemenangan beruntun Manchester City di 21 pertandingan tak terkalahkan mereka dengan kemenangan 2-0 dalam 'derby night' itu. Anthony Martial mendapatkan penalti setelah hanya 37 detik permainan yang memaksa Gabriel Jesus melakukan pelanggaran dan membuahkan penalti. Bruno Fernandes, "The Milkman" menkonversinya menjadi gol 1-0.

Martial memang pemain khusus di jalur tanggung "half space" yaitu setengah area dalam, antara garis luar lapangan dengan perpanjangan garis kotak luar penalti, di sepanjang lapangan. Daerah ini merupakan area abu-abu antara "flank" dan "midfield", sehingga bisa digunakan untuk membuat lawan "overload" guna merenggangkan kerapatan midfield atau pertahanan lawan.

Sesaat sebelum pelanggaran, terlihat wing back Cancello kelebihan beban untuk antara menjaga Rashford atau Martial, sehingga ketika Rashford dengan bola menusuk ke area dalam, Cancello mesti melepas Martial, sementara Rodri Rodrigo sudah terlambat menutup tusukan Rashford. Dan saat bola di backpass ke Martial, dia memiliki ruang yang cukup dikotak penalti yang lalu terpaksa harus dikeroyok oleh 6 pemain City, 3 yang menghadang yaitu Gundogan, Ruben Diaz dan Stones, 3 yang mengejar yaitu Rodri, Cancello dan Jesus. Gabriel Jesus dengan kecepatan kurang terkontrol terpaksa menjatuhkan Martial yang kemudian melahirkan penalti buat MU.

Gol kedua dibukukan oleh wingback kiri Luke Shaw lewat solo run spesialisasinya. Menariknya perjalanan bolanya dari gawang ke gawang yang dilakukan oleh seorang Luke. Dimulai dari 'build up' lambungan kiper langsung ke kaki Luke hingga mencapai daerah depan kotak kiri pertahanan, yang sebentar di oper ke Rashford untuk kembali ke Luke dengan positioning sekejap untuk menembak dengan kaki kiri dan gol!  Luke Shaw adalah pamungkas dari belakang yang menakutkan yang diistimewakan Solskjaer, untuk melesat ke depan dan mengagetkan lawan. Dan Fred yang tenang akan mundur untuk menjaga ruang belakang yang ditinggalkan Luke dalam kerangka 3-4-1-2 mereka. Disamping itu Luke Shaw adalah raja penendang sudut yang tak tergantikan di MU.  

Solskjaer sangat menikmati permainan bersama Pep, kerna Mnachester City selalu berpola atraktif terbuka menyerang, sehingga lebih jitu menemukan formula di lapangan untuk melihat bolong-bolong lawan. Ketimbang melawan lawan berkualitas rendah yang mempertahankan skor dengan pertahanan yang ketat.

Taktik penyerangan Pep dengan bola posesif yang jelas, akan memuat United mundur ke posisi lima bek dengan dukungan center midfield Fred dan Mc Tominay. Sebaliknya dalam menyerang Solskjaer menggunakan tujuh pemain dengan pengumpan 'Portuguese' yang rendah hati Bruno Fernandes kepada Rashford, Martial dan James. Positioning khusus Martial dan Shaw adalah taruhan buat City saat meninggalkan ruang yang berlebih untuk dieksploitasi, berikut pemanfaatan bola mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun