Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita dan Burung Kecil

1 Februari 2021   22:47 Diperbarui: 1 Februari 2021   22:53 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Jo-B from Pixabay

Begitu tipisnya batas cinta kepada kebahagiaan dan keperihan.  Dan perempuan tua elok itu sudah mengambil posisinya, seperti tak tergoyahkan lagi akan satu kepergian. Mempersiapkan renungannya. Dan burung kecil itu nyaman merasa sehati, dia mendesel-desel tubuh keringnya kedalam pelukan tangan indah keriput wanita itu. Seperti ibunya, bahkan lebih, seperti miliknya.  

Burung tak membantah kelawasan kunjungan perempuan itu yang baru terjadi sekarang, dia sama sekali tak membantah, namun dengan lemah lembut menerima karena dia begitu mengenalinya terdalam.  

Tak ada mengharap makanan remah roti sekejap pun, selapar apa pun, seperti dia telah menyerahkan segala semesta kecilnya ke pelukan 'moody lady' itu. Dan mereka berdua menghabiskan banyak kenangan dan sinar matahari berdua malah seperti menyatu di tepi hening. Hingga sang waktu jua mengingatkan, perempuan tua merogoh tas lembutnya, lalu memekarkan genggam jemari keriputnya yang berisi remah renyah roti. 

Tangan putihnya bergetar seperti ada teluk dalam yang menganga antar tangannya dan si burung mungil. Sekejap burung meragu untuk mematuk santapannya, kerna dia tiba-tiba merasa begitu rapuh dan jauh paruhnya dari jangkauan. 

Tak lagi sekedar makan, sekarang hanya ada berisi kekaguman yang lembut membuat burung itu melemah dan terjatuh di dalam pangkuan lutut 'lady 'sepuh yang menjamahnya, meskipun sang 'lady' juga sudah merabun, melemah dan bersamaan menjatuhkan lengannya, begitu juga akan sosoknya seperti tak bertulang bersandar ke dalam diam yang panjang. Burung kecil terlihat kaku dalam genggam tangan wanita itu yang terengkuh di dadanya, seperti memegang hatinya sendiri.

Sementara semesta mendadak terdiam, angin berhenti dan cahaya seperti potret, kupu-kupu hinggap tak bergerak, lebah mengurungkan petualangannya, bunga mekar merunduk. Rerumputan hijau lebat bertahan dalam basah dan udara di atas memperlihatkan langit biru dengan awan  yang bergegas menyingkir. Semua mempersilakan satu hati bersayap naik perlahan ke angkasa.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun