Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Adios Diego, Gracias Campeon!

28 November 2020   21:35 Diperbarui: 28 November 2020   21:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diego Armando Maradona. (instagram/liverpoolfc)/sumber ayobandung.com

"Maradona Napoli Ti Ama Ma L'italia e La Nostra Patria " (Maradona, Napoli mencintaimu tapi Italia adalah tanah air kami). Italy 1990 world cup, tuan rumah Italy vs Argentina. Disinilah panggung yang sudah dirahmatkan dari atas, ketika D10S membelah Napoli Italia dengan pisau sepak bola cintanya ke dalam keriuhan di rumah angkatnya, stadion San Paolo.

Dan benang merah Ernesto Guevara ' el Che' sang revolusioner sejati, pejuang  lintas kemiskinan, kelaparan dan kesakitan,  begitu nampak dalam inspirasi perjuangan revolusi sepak bola 'Dieguito' Maradona.

Serta merta, bersama nyanyian 'O Surdato 'Nnamurato',  para Neapolitan menghormatinya dengan sendu sang pejuang yang penuh cinta, menghantar lewat langit biru Naples, kepulangan sang perekat  marwah utara - selatan Italia, seorang putra kesayangan Argentina 'La mano de dios' ke haribaan gerbang keabadian 'Jardin Bellavista' yang senyap.

Kapten Albiceleste, Diego Armando Maradona pemain sepakbola terbaik dunia meninggal Rabu lalu di rumahnya di Buenos Aires karena serangan jantung, mengakhiri hidup yang dipenuhi oleh kemuliaan sepakbola di planet bumi ini.

Bahwa dia bermain sepakbola seperti 'Dewa' tergambar pada pemujaan di seluruh dunia, khususnya di tanah air Argentina dan tanah kedua Napoli dimana dia berada pada puncaknya.

Berasal dari Villa Fiorto yang kumuh dan tak diperhitungkan di pinggiran Buenos Aires yang kerap didera hujan yang membawa aliran sampah ke jalan semi tanah, dimana saluran pembuangannya terbuka dan membengkak.

Anak bola sepak jalanan, Diego kecil sangat memahami artinya diskriminasi dan diejek oleh kelas menengah dan atas ibukota. Sehingga identifikasi sosok sepakbolanya jelas tergambar merupa menjadi perlawanan diri dari kesenjangan yang gamang.

Perjuangan budaya jomplang 'Che Guevara' menemukan pemenuhan dalam dirinya ketika Maradona menjelma menjadi dewa sepakbola yang berurusan dengan derita takdir kemiskinan selatan Napoli dari diskriminasi utara. Dan lalu mengubah Napoli dari 'terroni' menjadi warga terhormat.

Layaknya memindahkan perjuangan untuk kehormatan Bohemian Boca dalam perlawanan panjang terhadap River Plate nan borjuis. Sampai mencapai kekikinian, kemesraan dengan Napoli bukan sekedar urusan sepakbola namun jauh lebih dalam, untuk sekaligus mengubur ejekan menyakitkan dari tajuk berita saat kaki pertama sang 'Campeon' dijejakkan, 'Klub termiskin Italia merekrut pemain termahal di dunia!'.

Boca, Naples dan Barca pernah bersejarah dengan Maradona, serasa bermain dengan kekuatan tim ganda, tim itu sendiri dan Maradona sendiri. Standing sebagai 'offensive midfielder' yang memiliki lisensi penjelajah dengan keistimewaan sepenuhnya nomor sepuluh, Maradona akan menjadi mahluk lapangan tengah yang menakutkan. Kaki kuatnya yang kidal seperti menjadi kekuatan tersembunyi, dibalik 'dribble' nya yang menawan.

Sementara barisan pertahanan lawan akan mulai berdebar, ketika Maradona mulai bergaya sebagai pemain jalanan yang sombong,  bersama bola yang seperti terikat di sepatunya. Membungkukkan sedikit bahunya, tubuh gempal, pendek dan kekar, segera menjadi pusat gravitasi yang merendah ke tanah, membawa ancaman yang solid, licin menggeliat, bagi para pemain bertahan. Mata kecilnya akan merekam dalam sepersekian detik sedikitnya tiga orang penghadang di depannya untuk melewati 'tackle' mereka.

Anugerah telah diberikan atas kemampuan visi menakjubkan dalam membaca permainan sambil berlari seperti bayangan. "Kami hanya bisa berdiri dan mengawasinya untuk menjadi saksi atas kejeniusannya" kata Jose Carrasco 'el Lobo' gelandang Barcelona, yang didapuk sebagai pedribbling brilian Espana kala itu.

Berjuta kisah menceritakan Diego, namun di ujungnya 'abu kembali ke abu'  meskipun dia menampakkan garis 'dewa' diperkuat ketika 'Tangan Tuhan' menebas bola menusuk gawang Peter Shilton di silam Mexico World Cup 1986.

"Sedikit kepalaku dan sedikit sentuhan tangan Tuhan" katanya waktu itu. Kemudian gol ikonik itu terekspresikan kedalam mural imaginasi dari "Creation of Adam" lukisan Michelangelo di langit kapel Sistine.

Pada kenyataanya Maradona juga manusia, seperti, 'rocker juga manusia' seorang lelaki yang separuh panjang nafasnya mengalami tekanan kuat di dalam dan di luar lapangan.

Mskipun dia mungkin tampak seperti 'dewa' di lapangan, pada kenyataannya dia hanyalah seorang pria dimana sanjungan secara bertahap menghancurkannya. Lewat pesta pora yang hanya bisa datang ketika tidak ada orang di dunia yang pernah memberitahu 'tidak'. Menjerumuskannya kedalam tikaman alkohol dan belenggu narkoba, kontroversi dan perilaku aneh selama bertahun-tahun.

Namun kekurangannya ini, tidak pernah mengurangi rasa cinta dunia, terkhusus tanahnya Argentina dan biru Naples di belahan selatan Italia.
Dan Kamis 26 November 2020 kemarin prosesi 'funeral'  berlangsung tak percaya, yang sehari sebelumnya didahului lambaian dan linangan mata dari tribute sepuluh ribu fans yang memblok semua lorong seputar Plaza de Mayo buat si nomor sepuluh.

"Diego tidak mati, Diego selalu hidup didalam kami" begitu suara luka ketika peti jasad berjalan pelan memasuki 'cemetery' Bellavista. Bersamaan, nun disana, di pelabuhan selatan seberang benua, semua lampu lampu stadion dipadamkan untuk menyembunyikan tangisan rumah bundar San Paolo, rumah cinta kedua 'El Diez'.

Perjalanan bumi kelas menengahnya telah selesai di Janvis Bellavista, yang lalu menyadarkan kita bahwa Diego Armando Maradona bukan dikirim dari sini, dia berasal dari kosmik lain di " Cosmico El Barrilete".
AD10S Diego, Gracias Campeon!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun