Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaki

27 September 2020   00:14 Diperbarui: 27 September 2020   00:28 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mabel Amber dari Pixabay

Aku sangat suka dengan kedua kakiku. Sepasang kaki yang kuat bukan saja buat berlalu lalang, jogging atau bahkan berlari seprint, tetapi pula sebagai penjelajah kehidupan. Aku selalu membanggakan kaki berototku sebagai tonggak perjalanan dari waktuku yang memimpin didepan. 

Mereka sering ketinggalan waktu! Begitu kerap aku mencibir tentang waktu waktu yang dimiliki oleh kaki kaki orang lain. Apalagi kaki kaki bawahanku atau bahkan kaki orang orang yang tidak termaintain, seperti orang orang malang yang hanya berjalan dipinggiran jalan tanpa tujuan. 

Dan kesombonganku ini semakin membuncah, ketika aku bisa menjadi saksi dengan mata kepala sendiri, akan kesuksesan yang kuperoleh akan materi kehidupan yang meruah. Kemewahan kehidupan dari jabatan dan pengaruh yang aku miliki, kupercaya adalah berkat hebatnya sepasang kaki yang ku miliki ini.

Dan saban hari sepulang kerja dari kantor mercusuarku, aku kerap memanjakan mereka, memberikannya minyak wewangi dan olesan pasta vitamin penguat kedua kaki tangguh ini. Tak lupa pula dua hari sekali aku membawanya ke tempat gimnastik, untuk ngejim. Dari mulai tredmill hingga crossfit, aku terapkan untuk semakin membentuk kaki yang prima.

Dan hasilnya, ya seperti ini. Banyak puja puji dari para penggemarku baik dari dunia  nyata atau dunia maya, bagai tak pernah henti. Tentu saja untuk memperkuat penampilan dan menyenangkan kedua kaki ini, aku memakaikannya barang barang mewah, seperti sepatu dan kaus kaki dari branded berharga selangit.

Dan seperti kukenali, sang kaki tercinta ini selalu merespon dengan baik, dia membalas budi dengan menopang segala karirku di perusahaan menjadi menjulang dan menduduki posisi puncak pas di faktori berskala internasional, tempatku bekerja.

"Bapak pimpinan hebat, masih muda dan berprestasi cemerlang!" begitu para komisaris perusahaan kami, kerap berkomentar terhadap performa diriku.

"Tidak! Bukan saya yang hebat, tetapi kaki saya," begitu selalu ku menjawab tegas.

Dan mereka hanya tertawa dan senyum senyum, sementara aku sendiri kurang begitu peduli dengan ekspresi wajah mereka yang seperti menganggap, mungkin ini lelucon. Aku masak bodok saja, selama kedua kakiku ini tetap setia membawaku ke atas. Dan dikala senggang atau serius dengan para eselon manajer aku sering mengekspos soal kedua kaki ku ini.

"Saya mau kalian melihat kedua kaki tempat kalian berdiri diatas kaki sendiri!" kataku seperti perintah, diikuti dengan patuh oleh para bawahan dengan memandangi kedua kaki mereka. Meski ada beberapa eselon yang masih bengong, namun aku tidak putus harapan, untuk meyakinkan mereka.

"Kenapa kaki pak?" seorang manajer muda yang masih kencur bertanya kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun