Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Posesif

4 Juli 2020   22:54 Diperbarui: 4 Juli 2020   23:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Alexandra Haynak dari Pixabay

Emang sudah lama, kami berdua, aku dan sahabatku Nansi, secara terselubung menaruh hati kepada Sagita, seorang pemuda tampan yang hadir ditengah kami berdua. Pesona Sagi, begitu kami meringkas namanya, seperti berimbang didalam kalbu selera kami yang hampir selalu beririsan. Ada selera yang sama dan perihal pesona yang similar dari kami, meski tak terikat darah, entah mungkin kerna kedekatan yang panjang antara aku dan Nansi, sehingga kami tampak serasi dalam ketergantungan yang tanpa kami sadari.  Kehadiran Sagi yang semula lumrah tanpa pretensi mulai menjadi pula kebutuhan bagi kami berdua, dia memberi isyarat bahwa, hei ini aku, lelaki yang diperlukan ada ditengah tengah kamu dua perempuan.Dan kami menangkapnya menjadi kebutuhan, dimana jika tiada kehadiran Sagi, rasanya kok ada bangku kosong diantara diriku dan Nansi.Kekerabatan lekat aku dan Nansi menjadi berubah orientasinya, tidak lagi seperti es tebal yang terlihat ganjil buat kaum lelaki, kini lumer tidak lagi menjadi introvert persahabatan dua perempuan yang ketinggalan jaman ditengah pergaulan lingkungan kampus kami.Sehingga pada akhirnya bisik bisik julid pergaulan lingkungan kami, mulai terurai menjadi new normal kata mereka mereka, yang masih skeptik barangkali tak sepenuhnya bisa menelan.Namun seperti biasa kami cuek bebek dengan hal begituan, apalagi sekarang duet aku bersama Nansi, telah bertransformasi menjadi trio, dengan eksistensi Sagi.Jadi, seiring kemana kamana, kita bertiga enggak lagi berdua, sehingga muncul lagi julidan baru Sagi Arjuna dengan dua istrinya.Meski tidak marah tapi malah geli, kami tetap saja bersahabat.
Hingga waktu jualah menetapkan bahwa persahabatan menemukan akhirnya, saat ku lihat gejala bahwa Sagi sang arjuna mulai bermain mata dengan sahabat Nansi. Dan aku merasa banget bahwa ada rada rada feeling yang beda dari sekedar sahabat, bahwa sesuatu yang juga kurasa ada risalah hati antara Nansi dengan Sagita. Dan entahlah, aku mulai menjadi baper dan merasa terganggu dengan rasa lain hati mereka berdua. Aku merasa dibohongi secara halus dan berpikir bahwa mereka berdua selingkuh akan persahabatan awal antara kami bertiga.
Dan aku mulai menjadi enggak suka kepada Sagita, kerna telah merebut persahabatan ku dengan Nansi. Dilain sisi aku juga kurang nyaman dengan Nansi, yang telah mau maunya jatuh kedalam pelukan lelaki yang meskipun sahabat, namun dia kan datang belakangan. Walau didalam kalbuku, tak ada hak sedikitpun ku melarang Nansi untuk mengupgrade hubungannya dengan Sagi.Bukannya aku jelous tak mendapatkan hati dari Sagita. Huh! Amit amit deh!.Enggak ada sedikitpun aku ngarep kepada lelaki macem begitu.Demikian aku merutuk.Boleh dikata, kini aku lebih terluka dengan penghianatan sobatku Nansi ketimbang Sagi merebut Nansi dariku. Aku bisa marah kepada Sagi namun aku tak akan pernah bisa marah kepada Nansi.
Begitulah adanya, seterusnya persahabatan kami bertiga menjadi kikuk dan serba salah.Dan yang pasti, ini membuatku merasa lebih sebagai korban. Aku pun mengalami depresi, sejak mereka kerap pergi berdua yang semula sembunyi sembunyi tanpa sepengatahuanku, hingga akhirnya menjadi terang benderang beraksi di depan mataku. Kadang aku mulai menarik diri dari persahabatan kami bertiga, dan aku mulai membisu tanpa kata ketika berhadapan dengan Sagita, yang kupandang jadi demikian petentengan sebagai pacar Nansi.Membuatku semakin benci dan ogah lagi untuk jalan bersama mereka sebagai sahabat ketiga."Emangnya guwe obat nyamuk" sering perasaanku merutuk berkecamuk.
Ditambah lagi men temen lain, yang nyinyir tentang pecahnya persahabatan aku dan Nansi kerna kehadiran seorang lelaki, membuatku semakin geram, seakan mau mlites saja bibir bibir kurang ajar itu. Namun apalah daya, kulihat Sagi dan Nansi semakin lengket dan makin menjadi, membuatku sering merenung terkulai sendiri.Menangisi nasib ku yang teramat merana, bersimpuh ditepi ranjang kamar indekosku yang kutempati bersama Nansi.Kadang aku membelai kasur ranjang Nansi di sebelah tempat tidurku, meratapi betapa teganya dia berbuat seperti itu.Menghancurkan jiwa raga ku yang sudah demikian terikat denganya dan tak bisa dipisahkan lagi.Hanya kerna tegoda oleh kehadiran seorang lelaki yang ku yakin tidaklah pantas untuk diri seorang Nansi yang begitu aku puja.
Sampai suatu malam ditengah kedukaan hati terdalamku, Nansi pulang dan mengetuk pintu kamar kos. Kuhapus cepat aliran air mataku, sambil melihat jam yang menunjukkan jam di dua belas malam.Entah aku membuka pintu dengan kasar, dengan rasa kemarahanku yang tiba tiba memuncak.Sehinga saat pintu ternuka kutatap Nansi tampak sedikit ciut dan risih.
"Maaf.." katanya terbata sambilmelangkah masuk melewati tubuhku.
"Heh! Tuan putri! Lihat udah jam berapa sekarang?!" tiba tiba mulutku yang telah lama tertahan terasa menggelegar menghardiknya, dan serta merta kulihat wajah Nansi kaget bercampur heran.
"Kenapa kau ini Ka?" dia bertanya menatapku.
"Eh, nona cantik!Kamu tauk, aku sudah menunggu kamu berjam jam.Dan kamu pulang dengan rasa tanpa dosa?Bagus sekali kamuh!"Tanpa sadar aku membombardirnya seperih rasa sakit hati yang telah lama memendam didalam tubuhku.
Apah?! Eh, Ika. Siapa eloh sih? Ibuk guwe bukan, nenek guwe juga bukan! Pake ngatur ngatur segala" tanpa aku duga Nansi membalas, mengeluarkan sungutnya yang selama hayat tak sekalipun pernah kulihat.Dan aku sedikit tersentak melihat perlawanannya yang kupikir muskil itu.
"Okeh!Kalo kamu ndak bisa diatur, pergi sana kamu sama lelaki brengsek itu!" jawabku sengit.
"Okeh!Sapa takut!" wajah Nansi terlihat merah padam, dan tanpa menoleh ke mataku dia meraih sekedar peralatan dan baju yang segera tergopoh berlari menghujam pintu dan membantingnya dari luar.Aku berusaha menahan juga menyusul menghambur keluar pintu.
"Nansi!  Nansi tunggu! Nansi jangan pergi!" aku menjerit, tapi percuma Nansi gadis lincah yang menjadi begitu gesit berkelebat menghilang jauh dari rumah kos kami.
Meninggalkan diriku yang semakin sendiri, dan menyudut di ranjang beku sembari sesenggukkan.Ada rasa sesal berbuat kasar kepada Nansi tersayang, sehingga dia kabur entah kemana. Dan ini akan menjadi malam terpanjang selama hidupku yang akan kurasakan, membuat tubuhku bergetar tak keruan ketika ku mencoba untuk terlelap. Ada rasa patah dihati ditinggalkan Nansi sekaligus rasa dendam kesumat kepada lelaki yang merebutnya dariku.Sehingga aku lebih menyalahkan Sagita, lelaki bodoh yang kuanggap tak berhati, yang telah menghancurkan hubunganku dengan Nansi yang sudah menahun dan berkarat ini.Ku pun menyadari bahwa sehabis malam ini, akan dilanjut ke malam malam yang sangat berat bagi hidupku kedepan. Ada seperti awan kegelapan untuk berharap Nansi kembali kedalam pelukanku.
Sehingga ketike bebrapa malam telah berlalu, yang sering diikuti igauanku memanggil manggil nama Nansi, aku menjadi begitu depresif, sehingga kadang lupa segala, bahkan hal hal remeh temeh dan kecil. Sebaliknya hatiku semakin dirasuki rasa dendam kepada Sagita, lelaki konyol yang merenggut Nansi dari sisiku, merampas kebahagiaanku. Sampailah disatu titik, pikiranku secara naluri mulai mencari cari referensi berita kematian dari dari masalah masalah perselingkuhan, yang setelah terkumpul, hasratku meningkat kelevel pada keingintahuan bagaimana proses pembunuhan itu berlangsung.Mempelajari pola dan detilnya sampai ku buatkan catatan catatan khusus yang ku anggap penting. Semua file ku himpun dengan rapih dan sistematis, yang sesekali kuulangi membaca dan menghapalnya hingga diluar kepala.
Dan sekarang ini, yang menjadi puncaknya, berdasar referensi diatas,  aku sudah memasuki fase, mulai mempersiapkan suatu rencana pembunuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun