Pindah ibukota bukan suatu yang istimewa, karena hanya efisiensi administrasi. Dia bukan lalu menjelma menjadi multi purpose, sebagai kota surga, Greenland, no fosil energy, water pured, friendly, safety dan segala iklan properti yang kerap kita dengar.
Pilih orang sebagai otorita leadernya haruslah orang yang cinta kenyataan, bukan pemimpi yang ujug ujug keluar dari kota kota polusi , dia harus orang yang membumi, keluar dari paradigma klise, dari model pemilihan pejabat ala Jokowi atau Erick Thohir, dengan ekspose kehebatan kabar kabari, lalu berdasar porto folio hebat yang ternyata hanya teruji di bidang sempit atau bahkan ruang hampa politik.Â
Mungkin meniru ala pemilihan menteri gaya Suharto yang enggak percaya hanya kehebatan kata orang bahkan kenyataan prestasi doang, namun kematangan mentalitas, kesetiaan dan wayout mumpuni yang berkelas Harvard dan relasi infrastruktur  cendekiawan ekonomi internasional, enggak cuma pedagang sukses di luar negri.  Â
So, enggak perlu Ahok yang menjadi pilihan kerna peran anchornya sekarang ini penting dan mesti di dukung presiden,  jadi silakan aja  Bambang Brojo yang dipilih, kalo itu memang hanya ada empat pilihan.