Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Terik Ibu

15 November 2019   14:56 Diperbarui: 15 November 2019   14:57 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari terik tidak melepas apa apa kecuali terik yang diam yang sudah silam menyapa ku yang duduk di pojok kaca jendala jalan  Aku selalu ingat di terik yang serupa menanti entah kecuali terik. ibu menunggu persis seperti tubuhku. Mungkin ada yang lalu di jalan kerna hanya inilah satu satunya buat menatap. Ada yang susah dilalui dengan tidak menatap panas yang padat. Ada pekerjaan yang lenyap sehingga memaksa memandang panas belaka. Sehingga sehari hari dan berhari hari terbalut sama.

Ibu hanya mematung berjam tanpa gerak berarti. Menatap hari terik meninggalkan indera lain dibelakang, membikin waktu relatif bergerak diam terhadap angan. Mungkinkah ibu berupaya menghentikan waktu yang terlalu panjang?  Mau kusapa di silam itu, bahwa kita tak bisa menghentikannya kerna dia yang berhenti buat kita. Tapi ku tak bernyali. Selanjutnya, ku persilakan hari yang terik mengambil hampir semuanya. Dan sesampainya ibu luruh, aku tak berkehendak bersoal siapakah yang menghentikan waktu. Kerna udah bukan wewenangku lagi setelah ibu selesai.

Dan sekarang, aku sendiri, disudut jendela kaca menatap hari hari terik. Sama yang dilakukan tubuh ibuku dulu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun